I. RINGKASAN CERITA
Novel ini dimulai dengan cerita dari tokoh utama tentang masa mudanya. Ia mengenang masa mudanya; beberapa anak muda yang saling berteman dan membuat satu ‘geng’ atau dikenal dengan istilah kelompok atau grup-grup. Ini merupakan pemandangan yang biasa, pemandangan yang bisa kita jumpai dimanapun. Anak muda jaman sekarang paling suka berkelompok. Entah itu di sekolah, di tempat umum dan dimanapun. Mereka cenderung berkelompok. Hidup secara berkelompok memang menyenangkan. semuanya ada sisi positif dan negatifnya.
Beberapa anak muda ini janjikan bertemu di suatu tempat, untuk melakukan satu atraksi untuk anggota yang ingin bergabung dalam kelompok mereka. Atraksi tersebut kurang bisa dipahami, apakah untuk dipamerkan atau sekedar having fun !? Mereka menunggu teman mereka. Ketika datang, teman mereka ini disuruh melompat oleh kelompok tersebut, dari suatu tempat ke dalam kolam. Kejadian selanjutnya tidak diduga. Teman mereka di dorong dan jatuh, akhirnya terluka dan pingsan. Mereka yang ada dibawah panik dan bingung. Kemudian, seorang dari mereka terjun ke kolam itu dan menolong temannya. Ketika temannya diangkat dari kolam, mereka ketahuan oleh petugas jaga dan dikejar. Semua temannya berhasil meloloskan diri, kecuali Landon. Landon inilah yang berusaha menolong temannya. Landon akhirnya dibawa ke polisi. “Kami kebut-kebutan dan berakhir di pabrik. Kami melihat ada seorang yang sedang celaka dan berusaha menolongnya”. Itulah alasan yang dikemukakan Landon, sehingga ia dibebaskan tanpa ada tuntutan dari pemilik pabrik.
Keesokan harinya, Landon ke gereja bersama mamanya. Duduk dengan gelisah, Landon dilihat oleh seorang gadis yang sedang pelayanan lewat paduan suara. Jamie Sullivan, nama gadis itu. Gadis itu ternyata satu sekolah dengan Landon. Gadis yang polos, lugu dan tidak menarik.
Saat di sekolah, Landon menghadap kepala sekolah, karena perbuatan ‘kebut-kebutannya’ diketahui pihak sekolah. Ia di skors dari sekolahnya, atas perbuatannya tersebut. Ia harus menjalankan berbagai kewajiban yang diembankan padanya, sebagai bentuk dari hukuman yang harus diterimanya karena kesalahannya. Landon memulai “tugasnya” sebagai seorang cleaning service, yang ternyata di tempat dia membersihkan lantai ruangan sekolah, di tempat itu juga, Jamie Sullivan mengadakan suatu presentasi. Mata keduanya bertemu, … menyimpan sebuah kesan tertarik … dan ingin saling mengetahui.
Selanjutnya, Landon harus menjalankan skors lain, yaitu mengajar anak-anak di jam liburnya. Sepulang dari sekolah, Jamie yang satu bisa dengan Landon mulai mengajak Landon bicara dengan berpura-pura menawari tiket untuk membeli komputer. Landon saat itu sedang tidak bergairah. Akibat dari “tugas” yang harus dijalankannya. Landon tiba-tiba marah dan memotong pembicaraan Jamie yang ‘mungkin’ berusaha menolong Landon. Ternyata Landon lama mengenal Jamie, bahkan sejak mereka masih TK. Semua tentang Jamie diketahui oleh Landon, dia menyebutkan semua ciri dan sifat Jamie dari kecil sampai sekarang. Landon ‘mengejek’ Jamie dengan kata-katanya yang tidak sedap di dengar. Jamie terdiam dan mungkin agak tersinggung. Jamie kembali ke tempat duduknya. Situasi berjalan seperti biasanya, Landon dengan kehidupannya dan Jamie dengan kehidupannya juga.
Kelas drama merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bagian skors yang lain, “tugas” yang harus dijalankan Landon. Hingga suatu saat, mereka bertemu di kelas drama. Landon tidak menyukai kenyataan bahwa dirinya harus mengikuti kelas drama. Mau ataupun tidak, senang ataupun tidak, ia harus tetap melakukannya. Landon mengikuti kelas drama ini dengan terpaksa. Selesai kelas drama, ia terpaksa pulang dengan Jamie, karena tidak di jemput temannya. Landon gengsi, malu. Tapi apa daya … dari pada ia harus pulang jalan kaki, … Mungkin ini satu kemajuan untuk mereka.
Landon harus bekerja keras menghafalkan teks drama karena ia terpilih sebagai pemeran utama. Suatu saat, Landon memberanikan diri untuk menyapa Jamie, meminta bantuan mengajarkan dialog dalam drama. Jamie heran, selama bertahun-tahun Landon tidak pernah menyapa lebih dulu. Jamie menolong Landon dengan satu syarat, Landon tidak boleh jatuh cinta pada Jamie. Itu syarat yang mudah, pikir Landon. So, … the show must go on …
Suatu ketika, Landon pulang larut malam, di tengah perjalanan, di melihat Jamie masuk ke dalam kawasan kuburan, membawa teropong. Jamie mengajak Landon yang dipenuhi tanda tanya besar untuk mengikutinya. Jamie kemudian menjelaskan mengenai teropong yang dibuatnya. Keesokan harinya, Jamie mengajak Landon bertemu setelah selesai sekolah, untuk latihan dialog drama. Landon yang waktu itu bersama dengan teman-temannya malah mengejek Jamie dengan mengatakan, “In your dream”. Jamie tersinggung dan langsung pulang. Landon tahu, dia menyakiti Jamie, tapi karena terpaksa, dengan hati yang tersinggung dan terluka. Landon pulang dengan marah, karena Jamie menolak untuk menolongnya lagi. Dia bingung, … dan memutuskan untuk membuka kembali buku kenangannya. Di sana terpampang foto Jamie. Jamie Sullivan, ambition: to witness a miracle. Inilah yang membuat Landon Carter mulai berubah. Dia menjadi lebih dewasa, lebih sabar dalam mengajar. Jamie melihat perubahan ini.
Sampai pada akhirnya, tibalah saat pementasan drama. Ketika tiba pada bagian dimana Landon harus berdialog dengan Jamie, dia lupa akan teks yang sudah dihafalnya. Landon terpana, … dia akhirnya menyatakan perasaannya pada Jamie, dengan mengarang kata-kata sehingga tampak sungguhan sedang dalam pementasan drama. Entah sadar atau tidak, dia sudah mulai jatuh cinta pada Jamie. Landon bingung, nervous. Sempai pada akhir drama, Landon memberanikan diri mencium Jamie. Hal tersebut tidak terdapat dalam naskah. Jamie kaget, sekaligus terpana. Ajaib ! Begitulah perasaan mereka saat itu. Semua yang terjadi, antara Landon dan Jamie mengundang kecemburuan seorang teman Landon, cewek tentunya. Tapi semua itu tidak dipedulikan Landon yang ada sekarang adalah perasaannya pada Jamie.
Landon akhirnya menyatakan perasaannya pada Jamie. Jamie tidak langsung percaya dan berusaha menyembunyikan sesuatu dari Landon. Jamie hanya mengatakan “buktikan”. Landon membuktikan kalau dia sungguh-sungguh mencintai Jamie. Landon menolong Jamie ketika Jamie di fitnah di sekolah dengan gambar cewek yang mengenakan bikini tapi memakai wajah Jamie. Landon juga membuktikan dengan cara meminta izin ayah Jamie untuk mengajak Jamie kencan. Landon nekat melakukan hal itu, padahal dirinya tahu, ayah Jamie menunjukkan sikap tidak senangnya terhadap Landon. Landon berhasil !!! Kemajuan.
Landon membawa Jamie ke suatu tempat, dimana Jamie belum pernah ke sana. “I love you”, Landon mengatakannya pada Jamie. Jamie terdiam sesaat dan mengatakan pada Landon bahwa Landon sudah berjanji untuk tidak mencintainya. Tapi, dalam hati Jamie, ia merasakan kasih dan sukacita. Hubungan mereka terus berlanjut, tanpa Landon tahu, bahwa Jamie sebenarnya menyembunyikan sesuatu darinya. Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya Jamie mengatakannya, “Aku terkena kanker darah”. Landon kaget, dan berkata “tetapi kamu masih muda dan sehat”. Jamie mengatakan bahwa dirinya terkena leukemia sekitar 2 tahun yang lalu, dan sekarang ia berhenti dirawat. Jamie melanjutkan perkataannya pada Landon “Aku harus menjalani hidupku senormal dan sebaik mungkin. Aku tak ingin orang merasa aneh denganku. Aku menerimanya dengan baik, lalu kamu muncul. Aku tak butuh alasan untuk marah pada Tuhan”. Landon setengah tidak percaya. Jamie langsung lari meninggalkannya.
Landon bingung, ia pergi menemui ayahnya. Ternyata keluarga Landon berantakan. Ayah dan ibunya telah lama berpisah. Inilah yang menyebabkan kehidupan Landon berubah menjadi liar dan nakal, sampai ia bertemu dengan Jamie. Ayah Landon bingung. Angin apakah yang membawa Landon menemuinya, meminta bantuannya. Ayah Landon seorang dokter, Landon menjelaskan pada ayahnya tentang Jamie dan ayah Landon mengatakan bahwa ia tidak dapat langsung menolong Jamie, tanpa mengetahui riwayat sakitnya. Landon memaksa ayahnya harus menyelamatkan Jamie. Semua itu butuh waktu yang lama. Landon pergi meninggalkan ayahnya dengan hati yang kecewa. Landon berpikir bahwa ayahnya telah mencampakkan dia dan ibunya. Ayahnya berteriak memanggil Landon, tapi tidak digubrisnya. Landon sedih akan hubungannya dengan Jamie. Dia berusaha terus berbesar hati dan terus maju.
Jamie akhirnya minta maaf pada Landon karena Jamie tidak mengatakan yang sebenarnya sejak awal. Jamie melihat ketulusan hati Landon. Jamie takut kehilangan Landon, begitu pula sebaliknya. Landon berusaha memberikan yang terbaik pada Jamie, sebelum Jamie meninggal. Melihat perjuangan Landon, hati ayah Jamie pun luluh … Jamie dirawat di rumah sakit, dan meminta Landon untuk membacakan kutipan dari orang-orang terkenal yang ditulis oleh ibunya dalam suatu buku. Kutipan tersebut, sebagai berikut: “Apakah teman itu? Jiwa tunggal yang menetap dalam 2 tubuh, dari Aritoteles.” Kutipan yang kedua, berasal dari Dolly Parton; “Cari tahu siapa dirimu, dan lakukan dengan sengaja.” Mazmur 23, yang dimulai dengan “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”. Landon sampai pada suatu bagian yang digarisbawahi oleh Jamie. Bunyinya: “KepadaMu, ya Tuhan, gunung batuku, aku berseri, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi orang yang turun ke dalam liang kubur. Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepadamu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke tempatMu yang Mahakudus. Landon berlinangan air mata ketika membacanya. Dalam hati Landon bergumam, “Entah bagaimana Jamie telah menggarisbawahi bagian itu untukku.
Akhirnya Jamie keluar dari rumah sakit. Jamie mengatakan, “Mungkin kamu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untukku. Mungkin Tuhan punya rencana lain yang lebih besar untukku, daripada rencanaku sendiri. Seperti perjalanan tanpa akhir ini, seperti kau dikirim padaku karena aku sakit. Kau, malaikatku.” Dan tebak, siapa yang mengurus semuanya sampai Jamie sembuh (untuk sementara) ? Ayahnya Landon. Landon kaget, ayahnya sudah berubah dan tidak seperti dulu lagi. Ayahnya mau memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya. Landon pergi ke tempat ayahnya untuk minta maaf. Ini adalah titik balik bagi keluarga Landon Carter untuk berdamai kembali.
Landon berusaha mewujudkan impian Jamie yang terakhir, yaitu melihat komet. Landon bekerja siang malam tanpa henti untuk membuat teropong yang bisa digunakan untuk melihat komet. Landon berhasil. Dia mengajak Jamie ke halaman, mereka melihat komet. Tiba-tiba Landon memegang tangan Jamie, menatap matanya dan mengatakan: “Would you marry me?”. Akhirnya mereka berdua menikah. Di hari pernikahannya Jamie mengucapkan ayat yang terdapat dalam surat korintus yang berbunyi demikian. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. Ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Itulah ayat yang sejak lama menjadi impian Jamie untuk diucapkannya di hari pernikahannya. Impian itu terwujud, dan menurut Landon, Jamie merupakan sumber yang paling murni dari deskripsi itu.
Empat tahun kemudian Jamie meninggal … Tapi dia tidak pergi begitu saja. Dia meninggalkan banyak perubahan dalam diri Landon. Dia membuat hidup Landon yang urakan menjadi hidup yang optimis dan penuh motivasi, menjadi lebih bermakna. Landon terus teringat pada Jamie. “Jamie menyelamatkan hidupku. Ia mengajariku semuanya. Tentang hidup, harapan dan perjalanan panjang ke akhir. Aku akan selalu kehilangan dirinya. Tapi, cinta kami seperti angin. Aku tak bisa melihatnya, tapi bisa merasakannya. “Pikiran Landon terus berjalan, mengingat masa-masanya bersama Jamie. Semua itu merubah hidup Landon selamanya……………….
A walk to remember (kan ku kenang selalu) ………………..
II. TEORI
A. Kematian
1. Definisi Kematian
Sebelum melangkah lebih jauh lagi kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu kematian ? Ada beberapa definisi tentang kematian yakni:
a. Menurut Pandangan medis tradisional
Kematian adalah suatu kondisi di saat aliran darah dan detak jantung seseorang terhenti, mata tidak lagi memberikan respon terhadap cahaya, tidak ada respon terhadap stimulus (suara, sentuhan, dan rasa sakit). Beberapa bagian menjadi pucat dan ada perubahan warna pada kulit, mengalami kekakuan akibat pengerasan otot.
b. Definisi legal Amerika terhadap 1890
Berhentinya kehidupan, terhentinya keberadaan yang ditandai oleh proses fisik yang terhenti secara total baik sirkulasi peredaran darah, serta terhentinya tanda-tanda primer dan vital kehidupan (detak jantung, pernapasan.
c. Menurut “The Kansas Law”
Seorang dinyatakan meninggal secara legal ketika terhentinya pernafasan spontan dan fungsi vital yang bisa jadi disebabkan oleh penyakit baik langsung maupun tidak ataupun terhenti karena factor usia.
2. Macam-Macam Jenis Kematian
Dalam pembahasannya dunia medis menggolongkan proses kematian ataupun kondisi mati merupakan kondisi dari beberapa segi kematian yang kompleks sehingga jika diuraikan dapat diperoleh banyak sisi kematian yakni:
a. Kematian Otak
Didefinisikan sebagai kondisi dimana seorang kehilangan kemampuan secara permanen untuk mendapatkan kesadaran, kehilangan kemampuan berfikir, beralasan, memiliki impian, perasaan, pengalaman, interaksi dan control terhadap dirinya.
b. Kematian Somatis
Kematian ini berkaitan dengan kematian mekanis fisik yakni terhentinya detak jantung dan pernafasan serta tanda vital kehidupan lain.
c. Kematian selular ataupun molecular
Yakni sel-sel ataupun molekul-molekul dalam tubuh kehilangan kemampuannya untuk hidup dan merespon ataupun merasakan stimulus elektrik biasanya sekitar 2 jam setelah kematian somatic.
3. Konsep Hidup dan mati
Mengenai pendapat apa yang sebenarnya terjadi ketika kematian mendatangi seseorang masih menjadi suatu pertanyaan yang tak terpecahkan dengan kata lain masih merupakan Ultimate Question bagi manusia
a. Plato (Pandangan Yunani)
Mengutarakan tentang konsep kekekalan Jiwa. Menurut Plato, manusia terdiri dari 2 bagian yakni tubuh yang sifatnya duniawi dan fana sedangkan unsur yang satunya adalah jiwa/roh. Plato mengutarakan bahwa roh benar-benar bersifat abadi dan tidak akan mati oleh apapun, berbeda dengan hewan (yang dikatakan sebagai tubuh yang bergerak sendiri). Sehingga kematian menurut Plato hanyalah merupakan suatu proses berpisahnya roh dari tubuh. Dengan kata lain ketika menghadapi kematian roh seseorang tetap hidup sehingga sebenarnya eksistensi orang tersebut masih ada.
b. Pandangan Barat (mengacu pada studi Kitab Suci)
Bailey mengemukakan beberapa pendapat yang disadur dari beberapa ayat dalam Kitab Suci mengenai kehidupan sesudah kematian:
- Kekekalan sering kali dikaitkan dengan sesuatu yang sifatnya suci (kata bijak Ben Sirach 17:30, 1 Timotius 6:16)
- Kekekalan dipandang sebagai anugerah dari Tuhan untuk orang-orang tertentu (sebagai contoh Henok, Kejadian 5:24, dan Elia 2 Raj-raja 2:1-12)
- Kehidupan kematian dipandang suatu eksistensi dari alam lain (Saul yang memanggil Samuel untuk dimintai pendapat tentang peperangan yang akan dilakukannya, 1 Samuel 28)
- Kematian sering kali dikaitkan dengan kelahiran seseorang (kematian sebagai pengganti kelahiran)
Sedangkan dalam Kitab Ibrani (diluar pendapat Bailey) yang dikatakan sebagai roh adalah suatu bentuk esensial dan sederhana dari hidup. Diaktakan juga kematian hanyalah memisahkan esensi itu (roh) dengan tubuh.
Pendapat lain namun senada dari Eichrodt (1976) bahwa ketika seorang mati maka rohnya akan meninggalkan tubuhnya namun tidak diketahui kemana perginya namun bukan berarti hilang, namun dikatakan telah “diambil”.
Menurut Pandangan Islam bahwa kehidupan manusia tidak hanya semata roh yang tertanam dalam tubuh namun merupakan satu kesatuan hidup, dan kehidupan akan sangat sulit dimengerti kecuali jika itu dipandang sebagai semata tubuh yang “ditanami” roh. Sehingga ada konsep kebangkitan yang artinya pemberian tubuh terhadap roh yang kemudian dinamakan kebangkitan. (Muwahidi, 1989).
Pandangan lain juga mengutarakan bahwa pemakaman hanyalah merupakan suatu transisi/transformasi (Sakr, 1995). Banyak konsep yang serupa dan senada ditemui dalam ajaran beberapa agama seperti Kristiani, Hindu, Islam dan Budha.
c. Pandangan Budhisme dan Hinduisme
Dalam pandangan Budha dikenal istilah reinkarnasi yang artinya mengaji pada perputaran kelahiran/dilahirkan kembali, seperti yang diharapkan Khrisna (Tuhan) dalam Bhagavad Gita, menjawab pertanyaan Arjuna tentang pembunuhan dalam perang.
Orang bijak tidak dimakamkan untuk kehidupan ataupun kematian tidak ada saatnya maupun bukan, tidak ada saatnya untuk berhenti. Hanyalah suatu proses manusia untuk menanggalkan “pakaiannya” dan mengenakan yang baru (Radhakrishnan, 1948).
d. Dari semua pandangan agama yang ada membentuk suatu pandangan umum yang intinya mengacu pada adanya kehidupan eksistensi manusia setelah dia meninggal, dengan kata lain yang meninggal adalah fisiknya tapi tidak jiwanya/rohnya.
4. Aspek Kematian
Terdapat 3 aspek kematian, yaitu:
1. Aspek biologis
Individu yang mati tidak bisa bernafas.
2. Aspek sosial
Aspek sosial ini dibagi menjadi 3, yaitu pemakaman, upacara perkabungan dan penyusunan warisan.
3. Aspek psikologis
Perasaan individu menghadapi kematian (hilangnya badan dan awal dari suatu kehidupan yang lain) dan makna kematian bagi individu itu sendiri.
B. Penerimaan Diri Pasien Kanker
Penelitian terpopuler dan penulis psikologis pasien sekarat telah dihasilkan oleh Ross (1998). Dari hasil pengamatan yang dilakukannya pada 200 pasien sekarat, ditemukan lima tahap proses sekarat, yaitu:
1. Tahap satu: Penyangkalan dan Pengasingan Diri
Diantara lebih dari 200 pasien sekarat yang telah diwawancarai, reaksi yang muncul saat mengetahui penyakit ganas adalah pernyataan “Tidak, bukan saya, itu tidak benar”. Penyangkalan pertama terjadi pada pasien yang diberitahu tentang suatu penyakit sejak awal maupun pada pasien yang tidak secara eksplisit diberitahu dan mengetahui dengan sendirinya beberapa saat kemudian.
Pasien meminta pemeriksaan dan pemeriksaan ulang, sebagian karena mengetahui bahwa diagnosis awal benar namun juga karena mencari evaluasi lebih jauh dengan harapan pendapat pertama salah.
Penyangkalan yang penuh dengan kegelisahan setelah penjelasan suatu diagnosis merupakan ciri khas pasien yang diberi tahu secara mendadak dengan tanpa mempertimbangkan kesiapan pasien.
Pada umumnya, penyangkalan merupakan pertahanan sementara dan segera akan digantikan dengan penerimaan yang sifatnya parsial.
Fungsi penyangkalan adalah sebagai suatu penahan setelah berita mengejutkan yang tidak diharapkan, penyangkalan membiarkan pasien menguasai diri dan seiring dengan waktu menjadikan pertahanan yang tidak terlalu radikal. Kebanyakan pasien tidak menggunakan penyangkalan sedemikian ekstensif, pasien berbicara tentang kenyataan situasi dan mendadak terlihat tidak lagi mampu memandang secara realistik. Terkadang pasien berbagi fantasi kematian itu sendiri atau kehidupan setelah kematian yang merupakan suatu bentuk penyangkalan tersendiri. Hal demikian dilakukan hanya untuk mengubah topik setelah beberapa menit pembicaraan, hampir merupakan kontradiksi dari yang dikatakan semula.
2. Tahap dua: Marah
Jika penyangkalan pada tahap pertama tidak dipertahankan lagi maka akan digantikan dengan rasa marah, gusar, cemburu dan benci. Pertanyaan yang sering dijumpai adalah “Mengapa aku?”
Berlawanan dengan tahap penyangkalan, tahap marah sangat sulit diatasi dari sudut pandang keluarga dan staf rumah sakit karena kemarahan terjadi disegala penjuru dan diproyeksikan kepada lingkungan pada saat-saat tidak terduga. Kadang perawat rumah sakit jadi sasaran kemarahan pasien, apa yang dilakukan perawat selalu salah. Keluarga yang berkunjung diterima tanpa kegembiraan dan dengan setengah hati, sehingga pertemuan itu terasa menyakitkan, pasien merasa sedih dan menangis, merasa bersalah, malu dan menghindari kunjungan-kunjungan dikemudian hari. Semua itu hanya akan meningkatkan kemarahan dan ketidaknyamanan pasien.
Aktivitas yang terganggu sebelum pasien benar-benar berniat untuk mengakhiri menyebabkan pasien marah. Bila pasien telah bersusah payah menyisihkan uang untuk menikmati beberapa tahun istirahat dan bersenang-senang ternyata hanya untuk dihadapkan pada kenyataan bahwa “ini bukan untukku” Kekecewaan yang demikian merupakan penyebab kemarahan itu pada orang yang masih dapat menikmati hidup.
Pasien yang dihormati dan dimengerti, diberi perhatian dan sedikit waktu, segera akan memperlunak suaranya dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan. Ia akan tahu akan menjadi manusia yang berharga, diperhatikan.
3. Tahap tiga: Tawar-menawar
Tahap tawar menawar merupakan tahap yang tidak terlalu dikenal, akan tetapi tahap menawar merupakan tahap yang dapat menolong pasien walaupun hanya beberapa saat. Ketika pasien tidak mampu menghadapi kenyataan yang menyedihkan pada awal periode dan menjadi marah terhadap orang sekeliling dan Tuhan pada fase kedua, boleh jadi pasien akan berhasil membuat perjanjian yang mungkin dapat menunda terjadinya hal yang tidak diharapkan: “Bila Tuhan memutuskan untuk mengambil seseorang dari dunia ini dan tidak menanggapi permintaan yang ku ajukan dengan marah, ia mungkin akan lebih berkenan bila aku mengajukan permintaan itu dengan cara yang lebih baik. Pasien yang sakit kritis menggunakan maneuver yang diduga memiliki kesempatan kecil untuk memperoleh imbalan atas kelakuan yang baik sehingga ada perlakukan khusus. Harapan yang hampir selalu ada adalah hidup lebih lama, diikuti dengan harapan tidak merasa kesakitan secara fisik selama beberapa hari. Hampir semua tawar-menawar ini dibuat dengan Tuhan seringkali dirahasiakan atau diungkapkan secara tersirat atau dapat juga terjadi di ruang kerja pribadi seorang pendeta.
Secara psikologis, janji-janji seperti dihubungkan dengan perasaan bersalah. Akan sangat menolong bila pernyataan pasien itu tidak diremehkan.
4. Tahap empat: Depresi
Ketika penderita tak mampu lagi menghindari suatu penyakit, ketika harus menjalani berbagai pembedahan dan perawatan, akan tampak tubuh semakin kurus dan lemah. Pasien dengan kondisi demikian tidak akan dapat tersenyum lagi. Sikap mati rasa, tabah dan kemarahan akan segera digantikan dengan rasa kehilangan. Rasa ini dapat terlihat dalam berbagai bentuk tubuh dan seseorang penderita kanker uterus akan merasa bahwa diri yang ada bukan mencerminkan seorang wanita sejati. Penderita penyakit kronis akan merasa kehilangan pekerjaan karena absen terlalu lama sehingga merasa tidak berfungsi.
Dalam tahap depresi, ditemukan dua jenis depresi yaitu depresi reaktif dan depresi preparatory atau depresi persiapan. Depresi reaktif muncul karena kehilangan kemampuan untuk berfungsi dalam peran di masa lampau. Pasien memiliki banyak hal untuk diungkapkan dan memerlukan banyak interaksi verbal serta sering melibatkan intervensi aktif dari orang-orang diberbagai bidang ilmu. Depresi preparatory tidak terjadi akibat rasa kehilangan di masa lampau melainkan akibat kehilangan yang tidak dapat dihindari lagi. Pasien pada depresi preparatory cenderung mempunyai sikap diam atau tenang. Persiapan duka cita tidak memerlukan kata-kata melainkan membutuhkan ungkapan perasaan seperti usapan pada rambut dan sentuhan tangan.
5. Tahap lima: Menerima
Penerimaan diri pasien menurut Ross (1998) jika seorang pasien mempunyai waktu (misalnya tidak menghadapi kematian mendadak) dan dibantu untuk melewati tahap-tahap terdahulu (penyangkalan, marah, menawar, depresi), pasien akan mencapai tahap dimana tidak lagi merasa depresi maupun marah terhadap “nasibnya”. Ia akan dapat mengekspresikan perasaannya, kecemburuannya akan kehidupan dan kesehatan, maupun kemurahannya terhadap mereka yang tidak harus menghadapi kematian demikian cepat. Ia akan merasa berduka atas kehilangan yang tak terelakkan atas orang-orang dan tempat yang berarti baginya.
Pasien akan merenungkan saat akhirnya dengan tingkat pengharapan tertentu. Ia memerlukan tidur lebih sering dalam interval dan waktu yang berbeda dengan kebutuhan tidur selama depresi. Ini bukan tidur untuk melupakan rasa sakit, ketidaknyamanan, atau gatal-gatal. Ini merupakan kebutuhan untuk menambah jam tidur secara bertahap. Hal ini bukan penyerahan kepada nasib atau “menyerah” karena putus asa, sesuatu yang menyatakan “apa gunanya” atau “aku tidak kuat lagi menghadapinya”.
III. ANALISA
Menurut Mulyadi (1997) kanker dapat menyerang berbagai macam sel, seperti sel hati, sel kulit, sel jantung, sel darah, sel otak, saluran pencernaan seperti sel lambung dan usus, sel saluran urine, sel-sel saluran pencernaan sel paru dan sel-sel lainnya.
Respon emosional yang sering ditunjukkan oleh penderita kanker adalah perasaan cemas, depresi, marah, malu, perasaan tidak berharga, ada yang mengalami insomnia, kehilangan konsentrasi dan pikiran untuk bunuh diri (Bishop, 1994). Respon emosional seperti ini tidak terjadi pada Jamie, penderita kanker leukemia dalam novel A walk to remember. Jamie tetap berusaha bersikap normal dan sebaik mungkin. Jamie tidak ingin diperlakukan seperti seseorang yang tidak berhak mengajukan pendapat, dimana orang lain yang membuat keputusan untuk dirinya.
Dalam keadaan krisis, pasien paling membutuhkan kehadiran seseorang yang sungguh-sungguh menunjukkan kepedulian terhadap dirinya (Van Beek, 1987). Jamie juga demikian, ia membutuhkan kehadiran Landon untuk menemaninya, mencurahkan perhatian yang sepenuhnya terhadap dirinya.
Seseorang yang menderita kanker akan mengalami perubahan-perubahan dalam cara hidup. Segala sesuatu yang dikerjakan akan ditinjau kembali, misalnya olah raga jalan kaki yang menghasilkan sedikit keringat, menjadi lebih penting dibandingkan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang. Hurlock (1988) menyatakan bahwa tingkat dimana seseorang menerima dirinya menentukan jenis penyesuaian dalam kehidupan yang dijalaninya. Seseorang tidak akan memperoleh penyesuaian yang baik jika ia menolak dirinya sendiri. Penderita kanker, mau tidak mau harus menyesuaikan diri terhadap segala keterbatasan yang ada pada dirinya, untuk dapat menyesuaikan diri orang tersebut haruslah dapat menerima dirinya seperti apa adanya, bukan seperti diri idealnya atau tuntutan dari lingkungan sekitarnya, karena orang yang menerima dirinya akan bertingkah laku yang disukai dan diterima orang lain.
Jamie dapat menerima kenyataan bahwa dirinya menderita kanker darah. Ia memiliki penerimaan diri yang positif sehingga ia memiliki hubungan yang realistis antara keadaan diri tanpa merasa terbebani oleh pandangan masyarakat sekitar, serta menerima keterbatasan diri dengan realistis tanpa merasa diri tercela. Dengan adanya penerimaan diri, Jamie tetap dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari dengan segala keterbatasannya sekarang ini.
Berdasarkan teori Ross, Jamie sudah berada pada tahap menerima. Ia menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap kanker. Ia dapat mengekspresikan perasaannya, kemurahannya terhadap mereka yang tidak harus menghadapi kematian demikian cepat.
Disaat terakhir hidupnya, Jamie berusaha untuk menjalaninya senormal dan sebaik mungkin. Ia tidak ingin orang lain merasa aneh dengan dirinya. Mungkin di dalam novel tidak diceritakan mengenai saat-saat pertama kali Jamie divonis terkena kanker, sehingga tahapan-tahapan dari penyangkalan dan pengasingan diri, marah, tawar menawar sampai depresi tidak termasuk dalam tahap yang harus dilalui oleh Jamie. Dalam keadaan seperti demikian pun, Jamie tetap menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan. Ia mengatakan bahwa dirinya tak butuh alasan apapun untuk marah pada Tuhan. Bagaimana jika kita yang dihadapkan pada posisi Jamie. Apakah kita sanggup mengatakan hal demikian ?
Dengan kondisi seperti demikian pun, Jamie tetap sabar, tidak mudah berubah pikiran dan tidak cepat marah. Ia menyerahkan hidupnya sepenuhnya dalam tangan kasih Tuhan. Banyak orang mulai meninggalkan Tuhan, mengatakan bahwa Tuhan tidak memperhatikan mereka dengan memberikan penyakit terhadap mereka. Tetapi tidak demikian, Jamie justru sebaliknya. Ia bersyukur dan dimasa-masa sulitnya, ia semakin dekat dengan Tuhan.
Tekanan hidup pasti dialami oleh semua orang. Tekanan selalu hadir dalam setiap fase kehidupan. Tekanan hidup adalah sesuatu yang terjadi akibat timbulnya perubahan dalam kehidupan. Semakin besar perubahan itu, semakin besar tekanan hidup. Perubahan yang menekan yang dialami oleh Jamie yaitu keadaan fisik yang melemah. Ini tentunya mendatangkan kepahitan tersendiri bagi Jamie. Jamie tetap dapat menerimanya dengan baik dan ia memaknai hal ini sebagai sesuatu yang positif. Tekanan ini tidak dirasakan oleh Jamie sesuatu yang berat, karena ia dapat menerima perubahan-perubahan ini dengan mudah. Jamie menggunakan cara terbaik untuk mengatasi tekanan dengan menerima keadaan sambil bersyukur kepada Tuhan atas keadaan itu.
Kematian bukanlah sesuatu yang masih jauh di depan. Kematian yang datang pada kita, sering kali tidak dapat diduga. Kita tidak tahu kapan waktu itu akan datang. Meskipun demikian, kita memiliki tubuh yang memberikan peringatan sendiri, bahwa akhir sudah dekat. Banyak orang mempunyai konsep tentang kematian yang sama, yaitu: bahwa setiap manusia tidak takut akan kematian, jika mengetahui hal-hal apa yang akan dialami sebelum kematian itu datang. Berbeda dengan Jamie, ia tidak takut akan kematian yang akan dialaminya, karena keyakinannya bahwa dirinya akan bersama-sama dengan Tuhan yang begitu mengasihinya. Ia menjalani ini semua karena kesadaran bahwa hidup dan mati berada di tangan Tuhan. Karenanya, ia pasrah pada kehendak Tuhan. Keadaan sehat maupun sakit diterimanya dengan ucapan syukur dan sabar.
Jamie ingin menyaksikan keajaiban dalam hidupnya. Orang-orang disekitarnya merasakan bahwa Jamie adalah keajaiban tersebut. Jamie mengalami keajaiban, dengan adanya Landon disisinya. Landon yang semula tidak tertarik pada Jamie dan sangat nakal, menjadi berubah karena kasih dan perbuatan Jamie. Jamie membuat Landon berubah ! Landon menjadi orang yang sabar dan bertingkah laku baik karena Jamie, saat terakhir hidupnya, Jamie tidak pernah menyerah untuk menunjukkan kasih sayang ada dalam dirinya. Ia selalu ingat akan ayat yang tertera dalam kitab Korintus, dan itu mendasari segala perbuatannya. Kasih, Jamie merasakan rencana Tuhan yang besar dalam hidupnya.
Semua orang yang berada di sekeliling Jamie, merasakan bahwa Jamie merupakan sumber yang paling murni untuk mendeskripsikan tentang kasih. Sakit tidak mempengaruhi seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya, apa yang diimpikannya. Kasih dapat merubah segalanya. Dengan kasih, dan dengan menyerahkan segala sesuatu sepenuhnya kepada Tuhan, kita dapat membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.
4 komentar:
elek
KURANG PANJANG.....GGGG!BISA LEBIH PANJAMG LAGIE GA?
iza lebih detail g?
tue novel yg nerbit'in cp?
, judul'ny pa cih?
truz brp hal?
huh guxx slhhhh,,,bcanya gmna tuhhhh
Posting Komentar