-----

PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena memberikan penekanan pada pencapaian pemahaman dinamika psikologis penderita systematic lupus erythematosus (SLE). Metode kualitatif memungkinkan untuk memahami individu secara personal dan memandang individu sebagaimana individu sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Yash, 2003). Penelitian ini berfokus pada variasi pengalaman dari individu-individu yang berbeda agar memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti. Sehingga memungkinkan peneliti mempelajari pengalaman dan makna yang dihayati individu mengenai permasalahan tersebut secara mendalam dan mendetail karena pengumpulan data tidak dibatasi pada kategori-kategori tertentu saja (Poerwandari, 2001).

Sifat alamiah dan induktif dari penelitian kualitatif tidak memungkinkan peneliti menentukan secara tegas variabel-variabel operasional ataupun menetapkan hipotesis yang akan diuji (Poerwandari, 1998). Hipotesis tidak dapat dirumuskan karena tidak ada maksud menguji kebenarannya. Dengan demikian, peneliti tidak menguji kebenaran melainkan mencari pemahaman, karena tugas serang peneliti kualitatif adalah membentuk pemahaman-pemahaman yang rasional mengenai kebenaran dan realita (Yash, 2003).

Penelitian ini menggunakan tipe studi kasus yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan pemahaman yang mendalam menekankan pemahaman pada unsur subyektif dari individu itu sendiri, memahami kasus-kasus spesifik pada orang-orang tertentu ataupun situasi tepat tentang fenomena yang dipelajari (Poerwandari, 2001). Generalisasi hasil penelitian tidak berlaku untuk populasi luas, tetapi hanya dapat diterapkan dengan tepat pada populasi yang memiliki karakteristik yang sama (Maleong, 2001). Data deskriptif yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Maleong, 2001).

B. KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN

Prinsip dasar penelitian kualitatif yaitu menekankan pada upaya memahami sudut pandang dan konteks subyek penelitian secara mendalam serta tidak menekankan upaya generalisasi (jumlah) melalui perolehan sampel acak, karena validitas kedalaman arti & insight yang dimunculkan penelitian kualitatif lebih berhubungan dengan kekayaan informasi dari kasus atau sampel yang dipilih dari pada tergantung pada jumlah sampel (Patton, 1990 dalam Poerwandari, 2001).

Pedoman pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel kasus tipikal karena kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili fenomena yang diteliti. Data yang dihasilkan tetap tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi (karena sampel mewakili fenomena yang diteliti). Jadi tidak diarahkan pada jumlah sampel, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian dan kecocokan konteks (Poerwandari, 2001).

Pemilihan subyek penelitian dilakukan berdasarkan karakteristik sebagai berikut: penderita Systematic Lupus Erytematosus (SLE) yang mengalami peradangan yang berkepanjangan dan terganggunya fungsi organ tubuh, sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal. Alasan memilih populasi ini disebabkan karena Systematic Lupus Erytematosus (SLE) merupakan penyakit yang masih tergolong misterius dan tidak dapat disembuhkan. Penderita Systematic Lupus Erytematosus (SLE) sangat rentan terhadap kecemasan dan mempengaruhi kesehatan mental serta konsep diri dan perilaku coping yang berdampak pada harapan untuk sembuh.

Dengan asumsi pemikiran, Systematic Lupus Erytematosus merupakan penyakit yang misterius karena merupakan penyakit yang menyerang perubahan sistem kekebalan individu, dan sampai kini belum diketahui penyebabnya serta belum ditemukan obat yang dapat dikonsumsi untuk kesembuhan penderitanya, maka penderita Systematic Lupus Erytematosus (SLE) ini mengalami tekanan karena ia harus melakukan penyesuaian, baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan.

Jumlah subyek penelitian tidak ditentukan secara kaku sejak awal, sehingga peneliti dapat bersikap fleksibel, dapat menambah atau mengurangi jumlah subyek, tergantung apakah data yang diperoleh telah mampu memberikan penjelasan dan menemukan keajegan atau pola gang serupa dari masing-masing subyek.

Lokasi (setting) wawancara akan ditetapkan kemudian dengan mempertimbangkan pada situasi/suasana dimana subyek dan peneliti dapat membangun relasi yang penuh kepercayaan, akrab dan nyaman bagi kedua belah pihak.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara sebagai metode pengambilan data utama karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi (Poerwandari, 2001). Wawancara terbuka yang subyeknya tahu bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu (Moleong, 2002), memungkinkan munculnya data yang mungkin tidak dibayangkan sebelumnya, memungkinkan responden memberikan jawaban bebas tanpa harus membuatnya terperangkap pada pilihan kondisi dan jawaban standar yang mungkin tidak sesuai dengan konteks kehidupannya (Poerwandari, 2001). Secara keseluruhan, wawancara merupakan sumber informasi yang essential bagi studi kasus karena studi kasus umumnya berkenaan dengan urusan kemanusiaan. Jadi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam yang berupaya untuk menemukan atau memperoleh pengetahuan dan wawasan, ide-ide serta keyakinan yang ada pada realitas saat ini.

Wawancara akan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama bertujuan sebagai screening untuk meneliti/mencermati apakah responden yang didekati memenuhi kriteria subyek penelitian atau tidak. Tahap kedua adalah pengambilan data yang sesungguhnya dan tahap ketiga adalah pendalaman terhadap pandangan subyek mengenai permasalahan yang diteliti.

Tipe wawancara yang dipilih pada saat wawancara awal adalah wawancara konversasional yang informal (Poerwandari, 1998) yaitu proses wawancara yang didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah, dimana pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada spontanitas pewawancara itu sendiri dalam mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai. Hubungan pewawancara dan yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari (Moleong, 2002).

Pada tahap kedua, metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam yang terstruktur dimana peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Guba & Lincoln, 1981 dalam Maleong, 2002). Wawancara menggunakan pedoman wawancara ditulis secara rina, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang t tercantum, serta menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda (Poerwandari, 2001).

Tipe ini digunakan karena peneliti memandang sangat perlu menanyakan setiap pertanyaan yang sama pada responden-responden yang berbeda dan memberi mereka kesempatan yang sama untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, dengan demikian peneliti dapat menemukan tema atau pola serupa yang berasal dari variasi jawaban subyektif tiap responden.

Protokol wawancara yang digunakan berbentuk terbuka sesuai dengan tipe wawancara terstruktur, pokok-pokok yang dijadikan dasar pertanyaan diatur secara sangat terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan disusun sebelumnya dan didasarkan atas masalah dalam mendesain penelitian (Moleong, 2002) Peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang permasalahan.

Setelah wawancara dengan pedoman terstandar terbuka selesai dilaksanakan, peneliti melakukan wawancara tahap akhir dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan subyek pada wawancara sebelumnya ataupun tentang permasalahan yang diteliti. Pertanyaan yang lebih mendalam secara langsung, menurut Guba & Lincoln (1981 dalam Maleong, 2002), bermaksud menggali lebih dalam untuk keperluan:

1. Klarifikasi jika pewawancara memerlukan lagi informasi mengenai hal yang dipersoalkan sebelumnya.

2. Penjelasan jika pewawancara memerlukan informasi mengenai berbagai aspek atau dimensi dari suatu pertanyaan.

3. Refokus jika responden ditanyai untuk mengkaitkan, membandingkan, atau mempertentangkan jawabannya dengan topik atau ide, atau jika ditanyai untuk memikirkan alternatif pemecahan atau hubungan sebab akibat.

4. Informasi tentang intensitas perasaan responden; pertanyaan yang diajukan berkisar pada bentuk “pertanyaan pribadi”, pertanyaan “alasan mengapa” sampai pertanyaan “intensitas”.

Pencatatan data yang diperoleh selama wawancara melalui pencatatan verbatim (kata demi kata) karena cara ini lebih efisien dan menjaga konsentrasi peneliti pada perkataan subyek, serta memudahkan peneliti mengingat detil dari pernyataan subyek.

Data yang dikumpulkan berbentuk transkrip wawancara dari memori yang akan dituliskan dalam narasi. Peneliti juga melengkapi data dengan membuat catatan lapangan (field notes) yang berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap peneliti dianggap penting terutama respon-respon non verbal subyek. Selain data primer langsung dari para subyek, peneliti juga mengumpulkan data-data dari media cetak seperti artikel, penggalan cerita, gambar, juga melalui internet, yang akan dianalisis untuk memperkaya bahasan penelitian ini.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur yang akan dilakukan sebagai alur dalam penelitian ini, meliputi:

1. Pemilihan responden yang memenuhi karakteristik diatas sekaligus mengetahui kesediaan responden untuk terlibat lebih jauh pada permasalahan yang akan diteliti.

2. Mengumpulkan data melalui wawancara.

3. Mengolah data dalam bentuk transkrip dan melakukan analisis hasil wawancara.

4. Setiap hasil wawancara akan dikonfirmasikan ulang pada tujuan penelitian.

5. Melakukan review terhadap hasil sementara untuk mengkaji mana yang dikembangkan atau bahkan menemukan suatu fenomena yang baru atau berubah dari yang diharapkan.

Kredibilitas studi kualitatif diukur melalui mencatat dan mengungkapkan pendekatan lapangan secara rinci dan membuat dokumentasi lengkap seperti transkrip dan foto dan akan diukur melalui berhasil tidaknya mencapai maksud dari eksplorasi masalah atau deskripsi mendalam mengenai aspek-aspek terkait (Poerwandari, 2001). Moleong (2001) menyatakan bahwa reliabilitas menurut pengertian kualitatif tidak lain daripada kesesuaian antara apa yang dicatat sebagai data dan apa yang sebenarnya terjadi pada latar yang sedang diteliti.

Validitas hasil penelitian dengan validasi komunikatif, yaitu melalui konfirmasi kembali data dan analisisnya pada subyek penelitian.

E. METODE ANALISIS DATA

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis data mengacu pada analisis isitemtik, yang dimulai dengan wawancara kemudian memunculkan tema-tema, kategori-kategori dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.

Tema tersebut dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena.


C. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah dinamika psikologis penderita Systemtic Lupus Erythematosus ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis penderita systemtic lupus erythematosus.

E. MANFAAT PENELITIAN

Beberapa kemanfaatan yang dapat dipetik dari penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperluas wawasan bagi pengembang ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis. Dari hasil yang diperoleh, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang dinamika psikologis penderita systematic lupus erythematosus, dan juga dapat berguna sebagai informasi tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam pengembangan pengetahuan.

2. Manfaat praktis:

a. Peneliti

Memberikan pengetahuan baru dan wawasan yang berguna serta memberi kepuasan tersendiri dengan terjawabnya permasalahan agar dapat memberikan saran yang sesuai apabila menjumpai permasalahan yang terkait dengan dinamika psikologis pada penderita systematic lupus erythematosus.

b. Penderita Systematic Lupus Erythematosus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan feedback bagi pada penderita Systematic Lupus Erythematosus dalam memahami hal-hal yang terkait dengan keadaan psikis yang dialami dan dapat menyesuaikan diri dengan strategi coping yang tepat untuk meningkatkan harapan untuk sembuh.

terima kasih pada -Pulsa dan BukuMurah

Share ke : _

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2011 Terus Belajar Berbagi Kebaikan | www.jayasteel.com | Suwur | Pagar Omasae | Facebook | Rumah Suwur