Meskipun ada kesamaan dasar ini, satu hal yang membuat arsitektur dan bahasa tidak berkemiripan satu sama lain , bahasa dapat digunakan sebagai alat komunikasi sedangkan arsitektur tidak memungkinkan orang berdialog/ berbincang-bincang dengan arsitektur. Dalam pengetahuan kita ada tiga wujud bahasa yang berkedudukan sebagai pemancar maupun obyek pesan :
1. Bahasa
2. Matematika
3. Bentuk/rupa dan gerakan
Antara bahasa dan matematika merupakan obyek pesan, ada perbedaan yang mendasar antara keduanya :
Bahasa | Matematika |
- Subyektifitas | - Obyektifitas |
- Emosi | - Rasional (tanpa emosi) |
Contoh : - Anda mencium kuda -> emosi
- Y = 2X + 3 -> bebas emosi
Bahasa bisa memiliki ciri-ciri matematis yakni obyektif dan tanpa emosi
Contoh : - Form Follow Function
- Jenis Laporan Ilmiah
Kedua contoh diatas bebas emosi tidak menggunakan kata saya.
Bahasa yang obyektif dan rasional selalu memiliki susunan kata yang membentuk kalimat dan berarti (pengertian utuh).
Yang paling berperan adalah tata bahasa, kaidah, hukum bahasa, susunan merangkaikan kata-kata. Digolongkan dalam tan-sastra.
Sebuah kalimat hanya akan mempunyai arti, memperoleh pengertian yang utuh bila
1. Kata demi kata yang digunakan dipahami dan dimengerti artinya.
2. Susunannya dimengerti pula.
Arti yang utuh tidak memungkinkan adanya salah tafsir atau beda tafsir. Arsitektur pun demikian adanya dan kata-kata dalam arsitektur yang tidak dapat diputarbalikkan.
|
Kata-kata dalam arsitektur misalnya :
|
Kata-kata yang disusun tidak merupakan/menuruti kaidah arsitektur susunan dibolak-balik sehingga memungkinkan salah tafsir.
Arsitektur disusun sedemikian rupa sehingga tidak menangkap pesan lain kecuali pesan yang dikehendaki.
Ada karya-karya sastra yang juga bahasa. Dalam gaya bahasa ini yang menjadi inti adalah pesan-pesan bahasa itu sendiri.
Pesan-pesan bahasa à pesan-pesan emosi.
Dalam bahasa terdapat dua jenis arah bahasa :
- diharamkan ß a. obyektif tanpa emosi
- dibiarkan ß b. bisa subyektif namun menguras habis emosi.
Pesan-pesan yang disampaikan lewat bahasa boleh saja terungkap dan tertangkap dengan demikian banyak pesan.
Dalam bahasa sastra masalah susunan bukan menjadi keharusan mutlak yang harus diikuti. Arsitektur yang mengambil bahasa sastra sebagai ibaratannya juga mengambil pesan dan emosi, artinya melakukan penjelajahan terhadap kawasan emosi.
Contoh : Dalam Language of PM Arch à bangunan Mequro Emperium, yakni bangunan mirip kastil-kastil abad pertengahan. Gedung ini digunakan untuk tempat pelacuran. Mencoba menguras emosi à saya menuju abad 13, bak kaisar dengan harem-haremnya.
Melihat arsitektur dalam konteks pesan, maka arsitektur menggunakan ibaratan linguistik kemudian perumusan arsitektur :
(Bentukan) arsitektur antara lain adalah bentukan yang memancarkan (= transmisi)pesan-pesan.
Arsitektural pesan tunggal à ‘Gramatikal’ Analogi – denotatif (tersurat) – rasional
Arsitektural pesan banyak/kaya à ‘Semiotic’Analogi – konotatif (tersirat) – emosional
Dalam hal memancarkan pesan ada pendapat :
- Pesan-pesan tidak boleh memungkinkan salah tafsir. Oleh Wayne O’Attoe disebut ibaratan gramatikal.
- Yang membuka untuk menghadirkan pesan secara serentak dan tidak menolak timbulnya berbagai tafsiran disebut ibaratan semiotik.
Unsur-unsur bentuk dan unsur-unsur ruang harus dilihat sebagai sebuah kenyataan bukan hanya konsepsi. Imajinasi adalah suatu realita. Karena unsur-unsur ini bagaikan kata demi kata dalam bahasa.
Surat à tidak dikehendaki pesan dan kesan yang berbeda-beda.
Sirat à kesan-pesan yang pasti, kesan-pesan yang menggoncangkan kesan-kesan.
Emosional -> pesan dipancarkan terlebih dahulu memperdalam sebagai pesan.
Kelemahan ibaratan linguistik ini adalah banyak diarahkan pada subyektifitas selaku penikmat.
Perbedaan antara ibaratan linguistik dan romantis.
Linguistik : merupakan ibaratan yang disusun dengan dasar-dasar keilmuan.
Romantis : dihadirkan dengan melihat arsitektur sebagai karya seni yang diarsitekturkan. Misal karya seni yang dibuat bangunan.
Linguistik : didasarkan atas akal, digarap dengan cara artistik.
James Snyder : setidak-tidaknya ada satu kesan yang tertuang melalui tanda-tanda. Tanda dalam kontek semiotik kurang tepat. Semiotik menggemari penggunaan lambang.
Bentukan bisa berderajat :
- Isyarat à lampu lalu lintas
- Tanda à plat nomer ‘L’ (Surabaya)
- Ikon à potret
- Lambang à merah putih bendera
Bangunan berbentuk piano à menjual piano-ICON.
Keong Mas à lambang, karena bukan dari Imax, tetapi dari legenda
Nama dalam terjemahan J. Snyder, Keong Mas adalah isyarat.
Gramatikal tidak berbicara pada perlambangan-perlambangan yang ada, lebih berbicara pada tata bahasa yang ada dalam arsitektur.
Semiotik berbicara tentang makna-makna yang dimiliki
- Toni mengajak Rani
- Rani mengajak Toni
|
Kedua kalimat diatas memiliki makna yang berbeda.
Indonesia
|
Semiotik : pesan-pesan yang ingin disampaikan, dikemukakan.
Gramatikal : tatanan, susunan (tata bahasa).
Semiotik : jendela apa ? pintu ? lantai ?
Gramatikal :
jendela terdiri dari apa saja.
Susunan tempat mengakibatkan pengertian tempat.
Kalau yang kita gunakan akal dan rasionalan yang kita kemukakan adalah dalam bentuk semiotik, sedang kalau yang kita gunakan perasaan di dalam mengemukakan yang ingin kita sampaikan hal ini adalah ROMANTIK.
... Lebih Lengkap tentang Ibaratan>>
.
0 komentar:
Posting Komentar