-----

Keturunan Endog

Para Keturunan Endog
WARNA merah-putih mulai mendominasi jalanan Karang Kadempel. Malam harinya, binar cahaya lampu penjor bak ribuan kunang-kunang, seperti tradisi pada umumnya demi mengenang jasa pendiri negeri Ngamarta. Di taman kota diadakan lomba memindahkan kelereng untuk Taman Kanak-Kanak sak Karang Kadempel.

''Al Bagio, ya, ya, ayo dikit lagi. Eits, tahan keseimbangan, horeee,'' teriak Dhe­nok Ceplis melihat putranya menyentuh garis finis. Dhenok Ceplis langsung mengulurkan sebotol susu segar kepada Al Bagio. Sedikit agak gimanaaaa gitchuu, Dhenok Ceplis yang bersolek perlen­te menerangkan mahalnya harga susu Nutrigong yang diminum Al Bagio kepada mereka yang mendekat.

Dari lintasan yang lain, juga terdengar teriakan histeris. Tampak tubuh Al Khoir di-pondong-pondong. ''Ya, begini. Anak hasil minum ASI. Susunya buat anaknya, lha kalungnya yo buat father-nya,'' ujar Roro Iteung sembari memeluk anaknya. Ada senyum sinis di bibirnya yang diarahkan kepada Dhenok Ceplis.

Akhirnya, keduanya dipertemukan dalam laga final. Tampak, bendera start sudah dikibaskan. Di tiga meter pertama, posisi mereka seimbang dan saling kejar. Setelahnya, tubuh Al Khoir terlihat ringan melesat cepat. Wajah Dhenok Ceplis terlihat tegang, coz Al Bagio terlihat capai.

Tiba-tiba, botol susu kempong kesampluk dan nggelontor masuk arena. Al Khoir yang sedang konsentrasi tidak melihat arah datangnya botol itu. Mak gedabruz, bibir Al Khoir mencium tanah, sedikit ada darah.

Al Bagio, yang melesat di belakangnya juga tak bisa mengerem­ men­­da­­dak. Senggolan kecil terjadi, kedua tubuh itu kruntelan. Debu be­ter­bang­an, sedikit mengganggu pemandangan. Samar, keduanya se­­­perti ter­l­ihat adu jotos. Penonton bersorak sorai, keadaan memanas dan full emosi.

Kerusuhan menjalar ke Roro Iteung dan Dhenok Ceplis. Mereka saling jambak-jambakan, saling uleng-ulengan. Penonton bertambah riuh. Keadaan makin tidak terkendali.

Dari jauh, Bagong dan Gareng berlari mendekat. Susah payah keduanya memisahkan istri-istri mereka. Satu-dua padu masih terjadi. Saling ejek masih sesekali meluncur. Tapi, Roro Iteung versus Dhenok Ceplis berhasil dilerai. Al Bagio versus Al Khoir pun rampung. Tapi, alangkah kagetnya Bagong melihat di sekitar mata Al Bagio muncul lebam hitam. Gareng pun mendapati mata putranya kero.

Bagong dan Gareng lalu saling tatap, keduanya tegang menahan emosi. Bagong keras menuding tepat di wajah Gareng, ''Kamu!! " ujarnya. Ucapat itu cepat dipotong Gareng, ''Wookey kita cari tahu, bagus mana susu kaleng atau ASI, daripada udregan!"

Keduanya berjalan ke arah rumah Semar. Baru separo perjalanan, mereka bersua Togog. Menurutnya, susu kaleng dan ASI sama-sama bagus. ASI mengandung formula untuk kekebalan tubuh sedang susu formula atau kaleng adalah alternatif yang juga mengandung vitamin tambahan. ''Kalau tentang luka Bagio dan Khoir, divisum aja gih biar lebih jelas," tambah Togog.

Tapi mereka tetap berjalan ke kediaman Semar sebelum ke rumah sakit. Di halaman depan, ibu Kanastren menunjukkan Semar sedang tafakur di musala embun. Setelah Semar enjoy bersila dan mereka duduk mengelilinginya, Gareng dan Bagong saling bercerita menurut versinya masing-masing. ''Gak bisa, tak ada jalan lain! Meja hijau! Biar mampus sekalian," emosi Bagong. Gareng hanya memandang tak berkomentar.

Semar hanya tersenyum simpul. Masih dari musala embun, Semar minta tolong Ibu Kanastren untuk mengontak Petruk. ''Kalian semua tenang, gak usah emosi. Liat aja nanti," ujarnya.

Selang beberapa menit Petruk datang lengkap dengan peranti video shooting-nya. Dari tampilan di layar tivi jelas terlihat, Al Bagio dan Al Khoir tidak saling adu jotos. Al Khoir sekuat tenaga menahan laju tubuh mereka yang nglundung-nglundung. Tangan Al Bagio juga melindungi kepala Al Khoir dari benturan batu. Malu-malu Gareng dan Bagong saling lirik, tatapan mereka bertemu dan senyum pun merekah di bibir keduanya.

Mengenai keanehan fisik, Semar menerangkan dulu ia memondokkan Bagong dan Gareng pada seorang Begawan Sakti. Gareng kalau mengikuti pelajaran sering acuh dan hanya melihat dengan ujung mata. Bagong yang senangnya ngantuk, untuk mengikuti pelajaran sering menahan biji mata dengan batang-batang korek api. Sang Begawan Sakti, mengutuk keduanya dengan kondisi Gareng matanya kero dan Bagong matanya melolo mau meloncat keluar. ''Sebenarnya, dulu kalian nguantenge rek,'' gurau Semar.

"But btw, yen susu, baiknya susu kaleng apa ASI, Mo?" potong Gareng di tengah riuhnya tertawa. Suasana jadi hening, semua memandang ke Semar. Satu dua titik air merembes dari mata Semar yang melangkah memasuki kamarnya. Semua diam menunggu di depan kamar.

Dari dalam kamar, dengan suara parau, Semar berujar, untuk keadaan darurat, susu kaleng juga baik. Tetapi Al Khoir dan Al Bagio beruntung bisa menikmati ASI yang tidak sekadar menyehatkan. Juga memunculkan benih-benih cinta kasih dan membangun kedekatan ibu-anak. ''Sementara aku yang terlahir dari putih telur, tidak pernah sedikit pun nyecep susu apalagi susu Ibu. Ya air susuku, air susu Ibu Pertiwi,'' ujar Semar.
Share ke : _

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2011 Terus Belajar Berbagi Kebaikan | www.jayasteel.com | Suwur | Pagar Omasae | Facebook | Rumah Suwur