Banyak MuDA-ers nggak bisa nonton MUSE, Jumat (23/2). Makanya MuDA mo cerita, gimana Matthew Bellany, Dominic Howard, dan Chris Wolstenholme "menyihir " Jakarta.
Dan buat yang nonton, semoga bisa jadi kenangan, gimana malam itu kita teriak-teriak, loncat-loncat, dan ngerasain pengalaman yang susah banget kita jelasin pake kata-kata.
Jam 20.00 panggung masih kosong. Di latar belakang panggung ada delapan tabung silinder bening yang di dalamnya ada spiral berisi lampu. Di tengah, drumnya si Dominic masih ditutup kain hitam. Gitar-gitar si Matt ditaro di sebelah kiri panggung. Kita masih stay cool, paling-paling, sempat heboh waktu ada seorang kru yang ngebuka selubung tutup drum transparannya Dominic tadi. Dikit lagi….
Begitu pukul 20.30, this is it! Matt, Dominic, dan Chris yang pakai baju hitam-hitam setengah lari naik ke panggung. "Apa kabar Jakarta!" kata Matt langsung tanpa basa-basi, doi mainin intronya Knights of Cydonia! Aya-yayaa…. aya-yaaa… disambung gitar Matt yang menyayat ditambah drumnya Dominic, semua langsung nyanyi: How can we win, when fools can be kings….
Abis lagu pertama, Chemistry Crow langsung naik. Kita kayak masuk ke dunia MUSE, apalagi dengan dua lagu berikutnya Hysteria dan Supermassive Black Hole. Penonton setengah histeris waktu nyanyian teks Hysteria: Cause I want it now, I want it now/ give me tour hert and soul ….
Apalagi waktu masuk lagu Supermassive Black Hole. Gila, pas gitarnya Matt mulai menggosok dengan intronya,panggung gelap dan sorot lampu cuma mengarah ke gitaris-vokalis-pianis ini. Dia sibuk sendiri dan muter-muter dengan gitarnya. Lampu panggung selang-seling gelap terang-gelap terang, sampai suara falsetto Matt:ohh baby don't you know I Suffer …. Lampu panggung dari arah belakang dan atas menyorot uap dari dry ice…uh…dahsyat! Kebetulan
MuDA nemu rekamannya di YouTube, intip aja http://www.youtube.com/watch?v=ueNK6HQKe-E.
Suasana berubah waktu lagu Butterflies and Hurricanes yang relatif slow. Di tengah lagu, Matt ngelepas gitarnya yang pakai efek echo itu, dan dia duduk di piano putih yang ada di deket drum. Abis itu lagu Assassin dan Citizen Erased.
Lagu Hoodo dan Apocalypse Please nunjukin canggihnya permainan piano Matt yang demen banget ama Sergei Rachmaninoff dan Tchaikovsky.
Pas dia mainin lagu Hoodo, tata cahaya keren banget, di tengah suasana panggung yang didominasi cahaya biru, satu lampu putih menyorot Matt yang lagi main piano putihnya. Asli, dia kayak nggak peduli gitu dengan sekitarnya. Dia asyik main pianonya dengan tempo lambat, sambil nyanyi dengan mata tertutup. Cool!
Abis itu, penonton digeber lagi dengan lagu Felling Good. Matt sempet iseng pakai megafon buat nyanyi: It's a new day/It's a new life/For me.
Tahu-tahu dia ngomong lagu berikutnya adalah lagu pertama dari album pertama, Showbiz. "This song is for anyone who knows us back then," kata doi. Langsung deh masuk suara intro dengan piano dari lagu Sunburn.
Selesai Sunburn, dengan cueknya,Matt ngomong, "This is a song called Starlight!" Wahhh…udah deh… semua penonton tepuk tangan di atas kepala ngikutin ritme drumnya Dominic. Semua serentak nyanyiin lagu itu. Bagian ini susah banget dicritain, soalnya semua penonton kayak kesihir gitu ama Matt, Dominic, dan Chris. Beberapa orang sampai matanya berkaca-kaca waktu nyanyi I just wanted to hold/ You in my arms/ I just wanted to hold.
Malam itu, MUSE berhasil banget mengaduk-aduk emosi penonton.
Habis Starlight, mereka ngebawain Plug In Baby dilanjutin ama … Time is Running Out! Semua orang yang nyanyi sambil teriak dan lompat-lompat I wont let you bury it/I won't let you smother it/ I wan't let you murder it/ our time is running out… kayak lagi nglepasin unek-unek mereka, sehingga tiap kata tuh kayak keluar dari tiap orang yang ingin teriak-teriak dan ngelepasin rasa itu.
Setelah lagu New Born, MUSE turun dari panggung. Penonton berteriak-teriak "We Want More!" mereka keluar dan bawain Maps of The Problematique, Stockholm Syndrome, dan Take A Bow sebagai lagu penutup.
Di antara balon-balon super besar berisi confetti, konser itu emang gokil abizz!
MUSE kayaknya ngerasain chemistry yang sama. Dominic sempat ngangkat satu tangan dan bilang, Thank you Jakarta, You are great. We'll be back!
Sumber: Kompas, Jumat 2 Maret 2007
dari buku sekolah
0 komentar:
Posting Komentar