-----

Merk - ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum

3.1.1. Profil Perusahaan

Penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti merek keramik Kaisar pada PT SAP yang merupakan distributor untuk wilayah Jawa Timur yang terletak di jalan Banyu Urip 312, Surabaya. Perusahaan pusat merek keramik tersebut adalah PT CPAK yang berlokasi di Desa Kuta Pohaci Teluk Jambe, BTB 5, Karawang, Jawa Barat, sedangkan kantornya terletak di jalan Mojopahit 26 a6 Ruko Golden Centrum Jakarta. Perusahaan tersebut di dalam memasarkan produknya menggunakan sole distributor PT MISS yang berlokasi di jalan Mangga Dua Raya blok M2, Jakarta.

 

3.1.2. Jenis Produk

Produk perusahaan tersebut menekankan pada keramik lantai seri campana dengan ukuran 30 x 30 yang terdiri dari:

- Putih polos dengan nama Brilliant White

- Dagna Green / Grey

- Special design terdiri dari:

o Collin Peach

o Norman Grey / Peach

o ArnoldGreen

o Faldo Grey / Beige

o Titanic Grey

- Exclusive design dengan nama Kenzo Light Green

- Untuk warna-warna tua terdiri dari beberapa merek yaitu:

o Dunhill Green

o Polo Black / Geen

o Kenzo Dark (Green, Grey, Brown, Ice Blue)

- Untuk warna maron perusahaan mempunyai dua type yaitu:

o Kenzo Maroon

o Versace Maroon

Dari segi kualitas menurut penulis produk keramik tersebut mempunyai kualitas yang bersaing dengan produk keramik yang lainnya, mulai siku, kualitas bahan, warna, dan kilap produk keramik Kaisar dapat disejajarkan dengan merek lain yang ada. Adapun daftar harga (tabel 3.1) dan spesifikasi (tabel 3.2) dari produk Keramik merek Kaisar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Harga Kaisar Keramik

No.

Product

Ukuran

Harga / M2

Export

Proyek

1.

Putih polos

Brilliant White

30 x 30

Rp 20.500

Rp 19.500

2.

Dagna Green / Grey

30 x 30

Rp 21.500

Rp 20.500

3.

Special design:

Collin Peach

Norman Grey / Peach

Arnold Green

Faldo Grey / Beige

Titanic Grey

30 x 30

Rp 23.500

Rp 22.500

4.

Kenzo Light Green

30 x 30

Rp 26.500

Rp 25.000

5.

Dunhill Green

Polo Black / Geen

Kenzo Dark (Green, Grey, Brown, Ice Blue)

Armani

30 x 30

Rp 31.500

Rp 30.000

6.

Kenzo Maroon

Versace Maroon

30 x 30

Rp 32.500

Rp 31.000

Tabel 3.2

Specification-Floor Tile Kaisar Ceramic

No.

Descripton

Unit

Measurement

Kaisar

Standard

EN 177

Standard

1.

Dimention

%

± 0,17

± 0,6

2.

Thickness tolerance

%

± 0,90

± 5,0

3.

Rectangularity

%

± 0,33

± 0,6

4.

Surface flatness

a. Centre curvature

b. Edge curvature

c. Warpage

%

%

%

%

± 0,24/- 0,12

+ 0,25/- 0,17

± 0,19

± 0,5

± 0,5

± 0,5

5.

Straightness of sides

%

± 0,10

± 0,5

6.

Water absorption

%

<>

3 - 6

7.

Bending strenght

Kg/cm2

> 300

> 250

8.

Scatch hardness of Surface

Moh’s Scale

Dari spesifikasi pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa standard keramik merek Kaisar berada diatas standard menurut kategori EN 177 sehingga dari segi kualitas produk keramik merek Kaisar memiliki kualitas yang atas, dan untuk mengetahui apakah keramik tersebut benar-benar berada pada standar tersebut cara pengujiannya dengan meneteskan tinta stempel diatas satu keping keramik dan biarkan selama satu jam. Pada uji yang dicoba penulis merek keramik yang lain tintanya tembus sampai ke bawah sedangkan keramik merek Kaisar tidak tembus sama sekali. Penelitian uang dilakukan oleh penulis berupa data sekunder, disebarkan kepada responden baik toko-toko bangunan maupun konsumen.

 

3.1.3. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai ekuitas merek dari produk keramik merek Kaisar dengan mengambil sampel data sebanyak dua puluh lima responden di dapat hasil sebagai berikut:

a. Untuk variabel loyalitas merek terdiri dari empat pertanyaan berupa; (kepuasan, frekuensi pembelian, kualitas produk serta rekomendasi) didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3

Data Hasil Penelitian Untuk Loyalitas Merek

Jawaban

“Tidak”

0

Jawaban

“Ya”

1

Total

Jawaban

Kepuasan

4

21

25

Frekuensi

15

10

25

Kualitas Produk

6

19

25

Rekomendasi

5

20

25

Total

30

70

100

  1. Untuk subvariabel loyalitas merek (kepuasan) dengan menggunakan skala Guttman diperoleh hasil yang menyatakan puas terhadap produk Kaisar keramik sebanyak 21 responden sedangkan 4 responden lainnya menyatakan tidak puas.
  2. Untuk subvariabel loyalitas merek (frekuensi pembelian) dengan menggunakan skala Guttman diperoleh hasil yang menyatakan membeli lagi produk Kaisar keramik sebanyak 10 responden sedangkan 15 responden lainnya menyatakan tidak membeli lagi.
  3. Untuk subvariabel loyalitas merek (kualitas produk) dengan menggunakan skala Guttman diperoleh hasil menyatakan kualitas produk Kaisar keramik baik sebanyak 19 responden sedangkan 6 responden lainnya menyatakan buruk.
  4. Untuk subvariabel loyalitas (rekomendasi) dengan menggunakan skala Guttman diperoleh hasil yang menyatakan produk Kaisar keramik akan direkomendasikan ke konsumen lainnya sebanyak 20 responden sedangkan 5 responden lainnya menyatakan tidak akan merekomendasikan produk tersebut.

b. Untuk variabel kesadaran merek, merek yang terdiri dari dua pertanyaan berupa; (nama kaisar dan nama kaisar keramik) didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.4

Data Hasil Penelitian Untuk Kesadaran Merek

Jawaban

“Tidak”

0

Jawaban

“Ya”

1

Total

Jawaban

Nama Kaisar

0

25

25

Nama Keramik Kaisar

4

21

25

Total

4

46

50

  1. Untuk subvariabel kesadaran merek (nama kaisar) dengan menggunakan skala Guttman diperoleh hasil yang menyatakan secara absolut mengetahui nama kaisar. Jadi sebanyak 25 responden mengetahui nama tersebut.
  2. Untuk subvariabel kesadaran merek (nama keramik kaisar) dengan menggunakan skala Guttman diperoleh hasil yang menyatakan mengetahui nama kaisar keramik sebanyak 21 responden, sedangkan 4 responden yang lain menyatakan tidak mengetahui nama keramik tersebut.

c. Untuk variabel kesan kualitas yang terdiri dari satu pertanyaan berupa; (kualitas kaisar keramik dibandingkan pesaing) didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Data Hasil Penelitian Untuk Kesan Kualitas

Jawaban

“Tidak”

0

Jawaban

“Ya”

1

Total

Jawaban

Kualitas vs Pesaing

8

17

25

Total

8

17

25

  1. Sebanyak 17 responden menyatakan kualitas dari Kaisar Keramik baik dibandingkan dengan pesaing yang ada dan sisanya 8 responden menyatakan kualitasnya buruk.

d. Untuk variabel asosiasi merek yang terdiri dari lima pertanyaan berupa; (harga terjangkau, barang tersedia, kualitas tinggi, pelayanan memuaskan, macam motif tersedia) didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Data Hasil Penelitian Untuk Asosiasi Merek

Jawaban

“Tidak”

0

Jawaban

“Ya”

1

Total

Jawaban

Harga terjangkau

16

9

25

Barang tersedia

11

14

25

Kualitas produk

4

21

25

Pelayanan memuaskan

6

19

25

Macam motif

6

19

25

Total

43

82

125

  1. Harga Terjangkau; 16 responden menyatakan harga produk kaisar keramik tidak terjangkau dan 9 responden menyatakan terjangkau.
  2. Barang Tersedia; 11 responden menyatakan barang tidak tersedia dan 14 responden menyatakan barang tersedia.
  3. Kualitas Produk; 4 responden menyatakan kualitas kaisar keramik rendah sedangkan 21 responden menyatakan kualitas produk tersebut tinggi.
  4. Pelayanan memuaskan; 6 responden menyatakan pelayanan kurang memuaskan dan 19 responden menyatakan pelayanan memuaskan.
  5. Macam Motif; 6 responden menyatakan motif/macam warna keramik kaisar tidak beranekaragam dan 19 responden menyatakan produk kaisar keramik beranekaragam.

3.2. Pembahasan

Untuk menyelesaikan permasalahan pertama yang menyatakan “Apakah keramik merek Kaisar pada PT Surya Agung Pratama memiliki kekuatan ekuitas merek (loyalitas merek, kesadaran merek, kesan kualitas) yang tinggi? Penulis menggunakan alat statistika berupa uji untuk menguji apakah data yang diolah kayak dijadikan penelitian. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan alat bantu Microsta, diperoleh hasil bahwa 28,509 dengan degree of freedom sebesar 6 (df =6) jika dibandingkan dengan sebesar 12,59 nampak bahwa ternyata berada pada daerah penolakan Ho sehingga data yang penulis peroleh dari responden layak digunakan sebagai data.


Gambar 3.1 Kurva Pengujian Chi Square

Setelah diketahui dari perhitungan tersebut dimana penulis menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak (software) microstat pada pilihan Crostab/Chisquare kemudian penulis mengolah hasil print-out tersebut. Adapun hasil pengolahannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk Loyalitas merek dengan menggunakan skala Likert penulis mengkategorikan persentase yang diperoleh sebagai berikut:

0,00 – 0,20 : % yang sangat rendah (switcher/price buyer)

0,21 – 0,40 : % yang rendah (friends of brand)

0,41 – 0,60 : % yang sedang (satisfied buyer with switching costs)

0,61 – 0,80 : % yang tinggi (habitual buyer)

0,81 – 1,00 : % yang sangat tinggi (commited customer)

Pada hasil print out dengan menggunakan statistik non parametrik pada pilihan Chi Square dari software Mocrostat (dapat dilihat pada lampiran), diperoleh hasil pada persentase frekuensi yang diteliti untuk variabel loyalitas merek pada baris 1 sampai dengan 4 setelah dijumlah diperoleh hasil sebagai berikut:

=

= 52,63%

Persentase sebesar 52,63% jika diukur dengan skala Likert berada pada daerah 0,41 – 0,61 yang berarti sedang, sehingga jika dihubungkan dengan piramida loyalitas merek para pembeli PT Surya Agung Pratama tersebut berada pada tingkatan satisfied buyer with switching costs. Jadi untuk variabel loyalitas merek dari keramik merek Kaisar para pembelinya puas setelah membeli produk tersebut tetapi jika ada keramik merek lain yang kualitasnya cukup sedangkan harganya lebih rendah dibandingkan harga keramik merek Kaisar maka konsumen akan beralih pada merek keramik yang lain. Selain itu konsumen di dalam melakukan keputusan pembelian hanya melihat dari harga, kualitas dan motif keramik sehingga konsumen tidak memiliki motivasi yang kuat untuk loyal pada satu merek saja. Hasil penelitian penulisan diperoleh hasil bahwa 12% dari jawaban responden yang menyatakan “ya” ternyata puas setelah membeli keramik merek Kaisar, untuk frekuensi pembelian responden lebih banyak menjawab tidak sebesar 8,6% hal ini karena konsumen tidak akan melakukan pembelian sampai mereka membutuhkan keramik kembali, 10,86% responden menyatakan kualitas produk dari keramik merek Kaisar memiliki kualitas yang tinggi dan sebanyak 11,4% responden menyatakan akan merekomendasi keramik merek Kaisar.

 

2. Kesadaran merek

Variabel untuk kesadaran merek pada piramidanya penulis skalakan dengan skala Likert diperoleh sebagai berikut:

0,00 – 0,25 : % yang sangat rendah (unaware brand)

0,26 – 0,50 : % yang rendah (brand recognition)

0,51 – 0,75 : % yang tinggi (brand recall)

0,76 – 1 : % yang paling tinggi (top of mind)

Pada hasil print out Microstat (dapat lihat pada lampiran) pada persentase frekuensi yang diteliti pada baris 5 sampai dengan 6 diperoleh hasil sebagai berikut:

=  = 34,59%

Persentase sebesar 34,59% kemudian dimasukkan ke dalam skala dari Likert berada pada daerah yang paling tinggi atau kalau dimasukkan ke dalam piramida kesadaran merek berada pada tingkatan brand recognition, jadi konsumen untuk mengetahui keramik merek Kaisar perlu diberi bantuan untuk mengetahui bahwa nama Kaisar itu merupakan suatu merek keramik. Rendahnya kesadaran merek ini dikarenakan konsumen belum mengetahui keramik merek Kaisar karena nama merek tersebut tidak pernah diiklankan di media massa dan perusahaan pusat tidak mendukung hal tersebut. Hasil penelitian penulis diperoleh hasil bahwa 25% dari jawaban responden yang menyatakan “ya” ternyata mengetahui nama keramik kaisar. Dan 12% responden menyatakan mengetahui keramik merek Kaisar hal ini karena responden tersebut pernah membeli keramik tersebut. 

 

3. Kesan Kualitas

Variabel untuk kesan kualitas pada piramidanya penulis skalakan dengan skala Likert diperoleh sebagai berikut:

0,00 – 0,25 : % yang sangat rendah (unaware brand)

0,26 – 0,50 : % yang rendah (brand recognition)

0,51 – 0,75 : % yang tinggi (brand recall)

0,76 – 1 : % yang paling tinggi (top of mind)

Pada kesan kualitas dari hasil penelitian diperoleh hasil sebesar (9,71/76) = 12,78% dimana hasil ini menyatakan kesan kualitas keramik merek Kaisar berada pada skala yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan responden belum mengetahui produk tersebut, sehingga dengan keterbatasannya informasi responden mereka-reka kualitas produk tersebut.

4. Untuk menyelesaikan permasalahan kedua yang menyatakan “Apakah keramik merek Kaisar pada PT Surya Agung Pratama memiliki asosiasi merek?” Penulis menggunakan alat uji statistika berupa statistik non parametrik dengan menggunakan metode uji Cochran (Cochran Test) dimana uji ini untuk mengetahui apakah masing-masing variabel saling berkaitan satu sama lain. Hasil dari print out dengan menggunakan software SPSS (dapat dilihat pada lampiran) diperoleh hasil sebesar Q = 19,429 kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan tabel c2 diperoleh hasil sebesar 9,49 karena uji Q dari Cochran berada pada daerah penolakan H0 maka variabel yang disertakan penulis dalam penelitian pada asosiasi merek saling berkait sehingga masing-masing variabel membentuk suatu asosiasi. Dan asosiasi merek yang dominan adalah kualitas produk keramik merek Kaisar yang dipilih dengan jawaban responden sebanyak 21 yang mengatakan “ya”.


Gambar 3.2. Kurva Pengujian Q Cochran

PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena memberikan penekanan pada pencapaian pemahaman dinamika psikologis penderita systematic lupus erythematosus (SLE). Metode kualitatif memungkinkan untuk memahami individu secara personal dan memandang individu sebagaimana individu sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Yash, 2003). Penelitian ini berfokus pada variasi pengalaman dari individu-individu yang berbeda agar memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti. Sehingga memungkinkan peneliti mempelajari pengalaman dan makna yang dihayati individu mengenai permasalahan tersebut secara mendalam dan mendetail karena pengumpulan data tidak dibatasi pada kategori-kategori tertentu saja (Poerwandari, 2001).

Sifat alamiah dan induktif dari penelitian kualitatif tidak memungkinkan peneliti menentukan secara tegas variabel-variabel operasional ataupun menetapkan hipotesis yang akan diuji (Poerwandari, 1998). Hipotesis tidak dapat dirumuskan karena tidak ada maksud menguji kebenarannya. Dengan demikian, peneliti tidak menguji kebenaran melainkan mencari pemahaman, karena tugas serang peneliti kualitatif adalah membentuk pemahaman-pemahaman yang rasional mengenai kebenaran dan realita (Yash, 2003).

Penelitian ini menggunakan tipe studi kasus yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan pemahaman yang mendalam menekankan pemahaman pada unsur subyektif dari individu itu sendiri, memahami kasus-kasus spesifik pada orang-orang tertentu ataupun situasi tepat tentang fenomena yang dipelajari (Poerwandari, 2001). Generalisasi hasil penelitian tidak berlaku untuk populasi luas, tetapi hanya dapat diterapkan dengan tepat pada populasi yang memiliki karakteristik yang sama (Maleong, 2001). Data deskriptif yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Maleong, 2001).

B. KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN

Prinsip dasar penelitian kualitatif yaitu menekankan pada upaya memahami sudut pandang dan konteks subyek penelitian secara mendalam serta tidak menekankan upaya generalisasi (jumlah) melalui perolehan sampel acak, karena validitas kedalaman arti & insight yang dimunculkan penelitian kualitatif lebih berhubungan dengan kekayaan informasi dari kasus atau sampel yang dipilih dari pada tergantung pada jumlah sampel (Patton, 1990 dalam Poerwandari, 2001).

Pedoman pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel kasus tipikal karena kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili fenomena yang diteliti. Data yang dihasilkan tetap tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi (karena sampel mewakili fenomena yang diteliti). Jadi tidak diarahkan pada jumlah sampel, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian dan kecocokan konteks (Poerwandari, 2001).

Pemilihan subyek penelitian dilakukan berdasarkan karakteristik sebagai berikut: penderita Systematic Lupus Erytematosus (SLE) yang mengalami peradangan yang berkepanjangan dan terganggunya fungsi organ tubuh, sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal. Alasan memilih populasi ini disebabkan karena Systematic Lupus Erytematosus (SLE) merupakan penyakit yang masih tergolong misterius dan tidak dapat disembuhkan. Penderita Systematic Lupus Erytematosus (SLE) sangat rentan terhadap kecemasan dan mempengaruhi kesehatan mental serta konsep diri dan perilaku coping yang berdampak pada harapan untuk sembuh.

Dengan asumsi pemikiran, Systematic Lupus Erytematosus merupakan penyakit yang misterius karena merupakan penyakit yang menyerang perubahan sistem kekebalan individu, dan sampai kini belum diketahui penyebabnya serta belum ditemukan obat yang dapat dikonsumsi untuk kesembuhan penderitanya, maka penderita Systematic Lupus Erytematosus (SLE) ini mengalami tekanan karena ia harus melakukan penyesuaian, baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan.

Jumlah subyek penelitian tidak ditentukan secara kaku sejak awal, sehingga peneliti dapat bersikap fleksibel, dapat menambah atau mengurangi jumlah subyek, tergantung apakah data yang diperoleh telah mampu memberikan penjelasan dan menemukan keajegan atau pola gang serupa dari masing-masing subyek.

Lokasi (setting) wawancara akan ditetapkan kemudian dengan mempertimbangkan pada situasi/suasana dimana subyek dan peneliti dapat membangun relasi yang penuh kepercayaan, akrab dan nyaman bagi kedua belah pihak.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara sebagai metode pengambilan data utama karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi (Poerwandari, 2001). Wawancara terbuka yang subyeknya tahu bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu (Moleong, 2002), memungkinkan munculnya data yang mungkin tidak dibayangkan sebelumnya, memungkinkan responden memberikan jawaban bebas tanpa harus membuatnya terperangkap pada pilihan kondisi dan jawaban standar yang mungkin tidak sesuai dengan konteks kehidupannya (Poerwandari, 2001). Secara keseluruhan, wawancara merupakan sumber informasi yang essential bagi studi kasus karena studi kasus umumnya berkenaan dengan urusan kemanusiaan. Jadi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam yang berupaya untuk menemukan atau memperoleh pengetahuan dan wawasan, ide-ide serta keyakinan yang ada pada realitas saat ini.

Wawancara akan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama bertujuan sebagai screening untuk meneliti/mencermati apakah responden yang didekati memenuhi kriteria subyek penelitian atau tidak. Tahap kedua adalah pengambilan data yang sesungguhnya dan tahap ketiga adalah pendalaman terhadap pandangan subyek mengenai permasalahan yang diteliti.

Tipe wawancara yang dipilih pada saat wawancara awal adalah wawancara konversasional yang informal (Poerwandari, 1998) yaitu proses wawancara yang didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah, dimana pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada spontanitas pewawancara itu sendiri dalam mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai. Hubungan pewawancara dan yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari (Moleong, 2002).

Pada tahap kedua, metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam yang terstruktur dimana peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Guba & Lincoln, 1981 dalam Maleong, 2002). Wawancara menggunakan pedoman wawancara ditulis secara rina, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang t tercantum, serta menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda (Poerwandari, 2001).

Tipe ini digunakan karena peneliti memandang sangat perlu menanyakan setiap pertanyaan yang sama pada responden-responden yang berbeda dan memberi mereka kesempatan yang sama untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, dengan demikian peneliti dapat menemukan tema atau pola serupa yang berasal dari variasi jawaban subyektif tiap responden.

Protokol wawancara yang digunakan berbentuk terbuka sesuai dengan tipe wawancara terstruktur, pokok-pokok yang dijadikan dasar pertanyaan diatur secara sangat terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan disusun sebelumnya dan didasarkan atas masalah dalam mendesain penelitian (Moleong, 2002) Peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang permasalahan.

Setelah wawancara dengan pedoman terstandar terbuka selesai dilaksanakan, peneliti melakukan wawancara tahap akhir dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan subyek pada wawancara sebelumnya ataupun tentang permasalahan yang diteliti. Pertanyaan yang lebih mendalam secara langsung, menurut Guba & Lincoln (1981 dalam Maleong, 2002), bermaksud menggali lebih dalam untuk keperluan:

1. Klarifikasi jika pewawancara memerlukan lagi informasi mengenai hal yang dipersoalkan sebelumnya.

2. Penjelasan jika pewawancara memerlukan informasi mengenai berbagai aspek atau dimensi dari suatu pertanyaan.

3. Refokus jika responden ditanyai untuk mengkaitkan, membandingkan, atau mempertentangkan jawabannya dengan topik atau ide, atau jika ditanyai untuk memikirkan alternatif pemecahan atau hubungan sebab akibat.

4. Informasi tentang intensitas perasaan responden; pertanyaan yang diajukan berkisar pada bentuk “pertanyaan pribadi”, pertanyaan “alasan mengapa” sampai pertanyaan “intensitas”.

Pencatatan data yang diperoleh selama wawancara melalui pencatatan verbatim (kata demi kata) karena cara ini lebih efisien dan menjaga konsentrasi peneliti pada perkataan subyek, serta memudahkan peneliti mengingat detil dari pernyataan subyek.

Data yang dikumpulkan berbentuk transkrip wawancara dari memori yang akan dituliskan dalam narasi. Peneliti juga melengkapi data dengan membuat catatan lapangan (field notes) yang berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap peneliti dianggap penting terutama respon-respon non verbal subyek. Selain data primer langsung dari para subyek, peneliti juga mengumpulkan data-data dari media cetak seperti artikel, penggalan cerita, gambar, juga melalui internet, yang akan dianalisis untuk memperkaya bahasan penelitian ini.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur yang akan dilakukan sebagai alur dalam penelitian ini, meliputi:

1. Pemilihan responden yang memenuhi karakteristik diatas sekaligus mengetahui kesediaan responden untuk terlibat lebih jauh pada permasalahan yang akan diteliti.

2. Mengumpulkan data melalui wawancara.

3. Mengolah data dalam bentuk transkrip dan melakukan analisis hasil wawancara.

4. Setiap hasil wawancara akan dikonfirmasikan ulang pada tujuan penelitian.

5. Melakukan review terhadap hasil sementara untuk mengkaji mana yang dikembangkan atau bahkan menemukan suatu fenomena yang baru atau berubah dari yang diharapkan.

Kredibilitas studi kualitatif diukur melalui mencatat dan mengungkapkan pendekatan lapangan secara rinci dan membuat dokumentasi lengkap seperti transkrip dan foto dan akan diukur melalui berhasil tidaknya mencapai maksud dari eksplorasi masalah atau deskripsi mendalam mengenai aspek-aspek terkait (Poerwandari, 2001). Moleong (2001) menyatakan bahwa reliabilitas menurut pengertian kualitatif tidak lain daripada kesesuaian antara apa yang dicatat sebagai data dan apa yang sebenarnya terjadi pada latar yang sedang diteliti.

Validitas hasil penelitian dengan validasi komunikatif, yaitu melalui konfirmasi kembali data dan analisisnya pada subyek penelitian.

E. METODE ANALISIS DATA

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis data mengacu pada analisis isitemtik, yang dimulai dengan wawancara kemudian memunculkan tema-tema, kategori-kategori dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.

Tema tersebut dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena.


C. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah dinamika psikologis penderita Systemtic Lupus Erythematosus ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis penderita systemtic lupus erythematosus.

E. MANFAAT PENELITIAN

Beberapa kemanfaatan yang dapat dipetik dari penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperluas wawasan bagi pengembang ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis. Dari hasil yang diperoleh, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang dinamika psikologis penderita systematic lupus erythematosus, dan juga dapat berguna sebagai informasi tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam pengembangan pengetahuan.

2. Manfaat praktis:

a. Peneliti

Memberikan pengetahuan baru dan wawasan yang berguna serta memberi kepuasan tersendiri dengan terjawabnya permasalahan agar dapat memberikan saran yang sesuai apabila menjumpai permasalahan yang terkait dengan dinamika psikologis pada penderita systematic lupus erythematosus.

b. Penderita Systematic Lupus Erythematosus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan feedback bagi pada penderita Systematic Lupus Erythematosus dalam memahami hal-hal yang terkait dengan keadaan psikis yang dialami dan dapat menyesuaikan diri dengan strategi coping yang tepat untuk meningkatkan harapan untuk sembuh.

terima kasih pada -Pulsa dan BukuMurah

 
© 2011 Terus Belajar Berbagi Kebaikan | www.jayasteel.com | Suwur | Pagar Omasae | Facebook | Rumah Suwur