Surabaya - Semakin banyaknya kompetitor, khususnya yang datang dari luar negeri, tidak selalu direspon untuk keluh kesah. Beberapa perusahaan justru melihat perkembangan itu sebagai peluang untuk memperkuat posisi pasar dengan meningkatkan kualitas produk.
Sikap positif itu juga ditunjukkan PT Asian Profile Indosteel (API), produsen baja tulangan beton. Perusahaan yang berpusat di Margomulyo, Surabaya, tersebut terus meningkatkan standar mutu dengan menambah sertifikat mutu ISO. Yang terbaru, API mendapat pengakuan sertifikasi mutu ISO 9001:2008 untuk sistem kualitas manajemen dari perusahaan survei terkemuka, Lloyd's Register Quality Assurance.
"Proses cukup sulit, saya dan seluruh manajemen harus bekerja keras untuk memenuhi permintaan data dari Lloyd's," ungkap Sukianto Widjaja, komisaris API, di kantornya akhir pekan lalu.
Dengan sertifikasi ISO terbaru tersebut, lanjut Sukianto, API memberikan jaminan ke konsumen bahwa produknya telah memenuhi standar internasional. "Kami memang berusaha terus memenuhi semua ketentuan mutu di perdagangan internasional agar konsumen puas dengan produk kami," ujarnya.
Saat ini API memiliki kapasitas produksi hingga 7.000 metrik ton (MT) per bulan dengan variasi produk yang terus bertambah. Pada saat awal berproduksi pada 1999, API membuat besi beton polos, kemudian terus berkembang ke produk lain, yaitu besi profil dan besi nako, besi ulir, dan pelat strip serta billet.
Pasar yang dilayani juga meluas. Kini hampir seluruh kota besar di Indonesia Timur sudah ditembus tim marketing API. Bahkan, beberapa proyek infrastruktur pemerintah skala besar juga mulai menggunakan produk API. "Jawa Timur tentu pasar terbesar, namun permintaan dari luar Jawa seperti Banjarmasin dan Makasar juga terus meningkat," ungkap Sukianto, pemimpin generasi kedua dalam menjalankan perusahaan yang didirikan ayahnya tersebut.
Dengan terus menjaga perusahaan agar menghasilkan baja olahan berkualitas, Sukianto berharap konsumen semakin sadar soal mutu.
"Kami saat ini aktif mengedukasi pasar agar tidak hanya terpaku pada harga dalam memilih baja tulangan, namun juga mutu dan daya tahan," ujarnya. Sebab, dengan harga yang murah namun masa pakainya pendek, total nilainya jadi mahal. Edukasi pasar itu mulai berhasil, bahkan beberapa konsumen sudah datang langsung ke kantor API untuk mengonfirmasi produk baja tulangan yang mereka butuhkan.
Sayang, kesadaran itu kurang didukung pemborong-pemborong proyek yang kurang bertanggung jawab. Mereka masih menggunakan baja tulangan kualitas kelas dua untuk meraup untung besar. "Ini sangat kami sayangkan. Bukan karena semata-mata produk kami tak terbeli, tindakan itu juga sangat merugikan masyarakat," ujar Sukianto. Bangunan yang menggunakan baja tulangan kualitas rendah tentu akan mudah rusak sehingga berumur pendek.
Atas banyaknya produk baja tulangan kelas dua tersebut, Sukianto berharap pemerintah semakin ketat melakukan pengawasan kualitas bangunan hasil proyek yang pengerjaannya dengan proses tender. Sebab, dengan mekanisme tender yang mengutamakan penawaran nilai proyek terendah, maka pemborong cenderung mencari bahan baku kualitas rendah juga. "Jika kepedulian pemerintah itu ada, maka kami sebagai produsen siap memasok dengan produk baja beton yang berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan daya tahannya," katanya.
Sumber: Jawa POS 31 Januari 2011
Semakin banyaknya kompetitor, khususnya yang datang dari luar negeri, tidak selalu direspon untuk keluh kesah
Label:
Berita,
Besi Beton
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar