Kim masih lelah dan tertidur di Sofa, ia lama menanti Jung mengunjungi Flatnya, karena sudah pukul 7 sore, biasanya Jung akan menemaninya memasak makanan kesukaan mereka. Namun sampai sesore ini Jung tak muncul juga. Dengan inisiatif Kim bangun dari tidurnya dan masuk ke dalam Flat Jung, ia mengira Jung masih tertidur karena kelelahan menjaganya semalaman. Tapi yang Kim dapati adalah Flat kosong. Kemanakah Jung.
“Jung… kau dimana?”
“…”Sepi tak ada jawaban hanya suara angin dari luar yang menderek-derik
“Jung kau di kamar? Hai…!”
“hmmm kemana ya…”
Kim keluar dari Apartement dengan perasaan yang membingungkan, ia bertemu dengan pengurus Apartement
“Maaf pak Bong, Lihat Jung?”
“Tidak…mungkin di Flatnya”
“Sudah kucari, tapi tidak ada”
“hmm aku tidak tahu, terakhir bertemu kemarin”
“Oh terima kasih pak”
“Iya” kata Pak Bong sambil melanjutkan pekerjaannya memilah-milah sampah recycle
Dengan cemas Kim mencari Jung di sekitar Apartement, lalu ke blog di belakang Apartement. Kemudian ia menelpon Seoyun, Mungkin Jung mengunjungi Seoyun. Dengan terpaksa dia menelpon Seoyun
“Halo.. Seo.. Jung ada disana?”
“Halo Kim… Jung? Tidak ada…”
“kau jangan bercanda Seo.. Jung di rumahmu?”
“Tidak Kim.. tidak ada Jung di sini… aku juga sedang di luar bersama Shin” “Halo.. Kim.. ini aku .. ada apa dengan Jung?”
“Aku tak tahu.. dia tiba-tiba menghilang.. pergi entah kemana, biasanya tak pernah seperti ini”
“Oh.. mungkin dia sedang bersama temannya, atau berbelanja sebentar”
“Sudah kucari Shin.. tapi semua yang kutemui sama sekali tak bertemu dengannya”
“…”
“Halo… Shin.. kau masih di sana?”
“Ya.. Kim kita akan ketempatmu, aku dan Seoyun akan membantumu mencari Jung”
“Jangan.. aku merepotkan saja.. aku akan mencarinya sendiri”
“tidak apa Kim.. kita akan membantu”
“Jangan Shin… kalian lanjutkan saja acara kalian… kalau bertemu Jung tolong kabari aku ya”
“pasti Kim. Oh iya coba cari di kantornya.. mungkin ia sedang bekerja”
“Ohhh iya.. ia tadi bilang kalau ada pekerjaan. Terima kasih Shin”
“Ya…”
Kim memutuskan untuk menunggu Jung sampai ia pulang. ‘semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Jung’ kata hati Kim saat ini. Ia sangat menghawatirkan Jung tidak biasanya seperti ini.
***
Di waktu yang sama dan tempat yang jauh berbeda. Jung terbaring di sebuah kamar yang identik sekali dengan warna hitam, Jung masih tak sadarkan diri, semenjak ia menerima tamparan keras dari Hyun. Disisinya Hyun menunggu dengan tenang, pandangan Hyun tak lepas dari sosok Jung. Sesekali ia tersenyum lalu menangis dalam kesepian yang sangat hampa.
Pintu kamar itu dibuka dari luar. Cahaya lampu dari lorong masuk ke dalam kamar serba hitam itu. Seorang pelayan dengan gugup berkata pada Hyun
“Maaf tuan Hyun, anda ditunggu makan malam bersama Tuan Besar”
“Bisakah kau bilang pada Tuan Besar, aku makan malam menunggu Nona Jung”
“Baik Tuan”
“Sebentar”
“Iya..”
“Kau bawakan makan malam kekamar ini, sekarang juga. Dan jangan banyak suara. Nona Jung sedang tidur”
“Baik Tuan” jawab pelayan itu dengan lirih.
Jung masih terlelap dalam mimpinya. Hyun menunggunya dengan memainkan rambut Jung yang panjang dan hitam kelam.
“Jung.. maafkan aku.. aku tak bisa menjadi orang yang kau cintai.. dalam posisiku yang seperti ini, sudah pasti kau akan selalu membenciku, maaf… aku melukaimu dan selalu melukaimu” Hyun berbisik pelan.
Pintu kembali terbuka, pelayan masuk membawakan nampan berisi makanan yang tersaji cantik.
“Anda perlu apa lagi tuan?” tanya pelayan itu berbisik
“Sudah.. tidak ada.. kau bisa keluar… “
“Baik..”
Diluar cuaca semakin memburuk, salju semakin deras memenuhi bumi, dinginnya malam sangat menyengat tulang. Dengan pelan dan lembut Hyun menyelimuti Jung, namun ia tak bergerak sama sekali.
“Jung.. tidurlah… aku akan menemanimu di sini, aku mencintaimu lebih dari siapapun” sebuah kecupan kecil mendarat di tangan Jung.
Namun sekali lagi pintu kamar itu terbuka lagi, mengganggu suasana romantis yang sudah diciptakan Hyun.
“Ada apa lagi!!” bentak Hyun samar-samar kepada pelayan yang nampaknya ketakutan
“Tuan besar ingin berbincang dengan anda di perpustakaan”
“Bilang pada Tuan Besar, aku menunggu Jung..”
“Maaf tuan.. tapi Tuan besar memaksa”
“hmmm kau tunggu disini. Jangan pergi kemana-mana.. Awasi dia jangan sampai kabur. Kalau kabur kau yang akan kubunuh”
“B..baik tuan Hyun..”
Hyun melangkah dengan pasti keruang perpustakaan yang sangat dicintai Tuan Besarnya itu. Didalam ruangan itu sudah menunggu, Pria setengah abad yang sering ia panggil Ayah.
“Hyun… simpanlah rindumu sebentar saja pada Jung… Mari duduk di sebelahku.. aku ingin membicarakan sesuatu”
“Baik Ayah…”
“Aku ingin membeli beberapa saham di beberapa perusahaan ternama, kau mau membantuku, belilah dengan uangku atas namamu dan nama Jung”
“Baik Ayah.. “
“Kau utus Tuan Ming untuk menagih semua hutang partner kita. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Kalau ada yang tidak membayar bunuh saya”
“Ayah? Katanya.. Ayah tidak akan membunuh lagi”
“lalu bagaimana?”
“Kita tunggu saja sampai yang berhutang itu bisa membayar kekurangannya. Kalau Ayah ingin berubah, jangan setengah-setengah. Ayah pernah bicara itu padaku”
“Hmm… kau memang pantas menjadi anakku. Seperti kata Jung” kata Tuan Besar sambil menepuk pundak Hyun
“Ayah.. aku mencintai Jung.. aku tak ingin melukainya seperti dulu. Bisakah kita pulangkan ia ke Apartementnya dan kita jangan mengganggunya lagi? Kita sudah banyak bersalah padanya Ayah”
“Bicara apa kau ini? Kau mencintai anakku?”
“Tentu”
“Miliki dia, jangan mengalah pada siapapun”
“…”
“Hyun. Hanya kau yang pantas mendampingi anakku, bukan orang lain, kau yang sedari dulu mencintainya, aku tak akan pernah mengizinkan siapapun merebut anakku dari sisimu, maka jangan sekali-kali menyerah. Kalau kau menyerah sama artinya kau menyinggungku, atau menyepelekanku. Mengerti?”
“Ya..”
“Ya sudah.. aku ingin kembali menikmati semua buku ini. Ternyata membaca lebih mengasyikkan daripada membunuh orang hahaha”
“Baik Ayah.. aku akan kembali kekamar.”
“Jagalah Jung untukku, jangan lupa besok kau siapkan semua surat-surat pembelian saham kita nanti”
“Baik”
_______________________________________________
Kelanjutannya nantikan Segera
Karya Kusuma
“Jung… kau dimana?”
“…”Sepi tak ada jawaban hanya suara angin dari luar yang menderek-derik
“Jung kau di kamar? Hai…!”
“hmmm kemana ya…”
Kim keluar dari Apartement dengan perasaan yang membingungkan, ia bertemu dengan pengurus Apartement
“Maaf pak Bong, Lihat Jung?”
“Tidak…mungkin di Flatnya”
“Sudah kucari, tapi tidak ada”
“hmm aku tidak tahu, terakhir bertemu kemarin”
“Oh terima kasih pak”
“Iya” kata Pak Bong sambil melanjutkan pekerjaannya memilah-milah sampah recycle
Dengan cemas Kim mencari Jung di sekitar Apartement, lalu ke blog di belakang Apartement. Kemudian ia menelpon Seoyun, Mungkin Jung mengunjungi Seoyun. Dengan terpaksa dia menelpon Seoyun
“Halo.. Seo.. Jung ada disana?”
“Halo Kim… Jung? Tidak ada…”
“kau jangan bercanda Seo.. Jung di rumahmu?”
“Tidak Kim.. tidak ada Jung di sini… aku juga sedang di luar bersama Shin” “Halo.. Kim.. ini aku .. ada apa dengan Jung?”
“Aku tak tahu.. dia tiba-tiba menghilang.. pergi entah kemana, biasanya tak pernah seperti ini”
“Oh.. mungkin dia sedang bersama temannya, atau berbelanja sebentar”
“Sudah kucari Shin.. tapi semua yang kutemui sama sekali tak bertemu dengannya”
“…”
“Halo… Shin.. kau masih di sana?”
“Ya.. Kim kita akan ketempatmu, aku dan Seoyun akan membantumu mencari Jung”
“Jangan.. aku merepotkan saja.. aku akan mencarinya sendiri”
“tidak apa Kim.. kita akan membantu”
“Jangan Shin… kalian lanjutkan saja acara kalian… kalau bertemu Jung tolong kabari aku ya”
“pasti Kim. Oh iya coba cari di kantornya.. mungkin ia sedang bekerja”
“Ohhh iya.. ia tadi bilang kalau ada pekerjaan. Terima kasih Shin”
“Ya…”
Kim memutuskan untuk menunggu Jung sampai ia pulang. ‘semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Jung’ kata hati Kim saat ini. Ia sangat menghawatirkan Jung tidak biasanya seperti ini.
***
Di waktu yang sama dan tempat yang jauh berbeda. Jung terbaring di sebuah kamar yang identik sekali dengan warna hitam, Jung masih tak sadarkan diri, semenjak ia menerima tamparan keras dari Hyun. Disisinya Hyun menunggu dengan tenang, pandangan Hyun tak lepas dari sosok Jung. Sesekali ia tersenyum lalu menangis dalam kesepian yang sangat hampa.
Pintu kamar itu dibuka dari luar. Cahaya lampu dari lorong masuk ke dalam kamar serba hitam itu. Seorang pelayan dengan gugup berkata pada Hyun
“Maaf tuan Hyun, anda ditunggu makan malam bersama Tuan Besar”
“Bisakah kau bilang pada Tuan Besar, aku makan malam menunggu Nona Jung”
“Baik Tuan”
“Sebentar”
“Iya..”
“Kau bawakan makan malam kekamar ini, sekarang juga. Dan jangan banyak suara. Nona Jung sedang tidur”
“Baik Tuan” jawab pelayan itu dengan lirih.
Jung masih terlelap dalam mimpinya. Hyun menunggunya dengan memainkan rambut Jung yang panjang dan hitam kelam.
“Jung.. maafkan aku.. aku tak bisa menjadi orang yang kau cintai.. dalam posisiku yang seperti ini, sudah pasti kau akan selalu membenciku, maaf… aku melukaimu dan selalu melukaimu” Hyun berbisik pelan.
Pintu kembali terbuka, pelayan masuk membawakan nampan berisi makanan yang tersaji cantik.
“Anda perlu apa lagi tuan?” tanya pelayan itu berbisik
“Sudah.. tidak ada.. kau bisa keluar… “
“Baik..”
Diluar cuaca semakin memburuk, salju semakin deras memenuhi bumi, dinginnya malam sangat menyengat tulang. Dengan pelan dan lembut Hyun menyelimuti Jung, namun ia tak bergerak sama sekali.
“Jung.. tidurlah… aku akan menemanimu di sini, aku mencintaimu lebih dari siapapun” sebuah kecupan kecil mendarat di tangan Jung.
Namun sekali lagi pintu kamar itu terbuka lagi, mengganggu suasana romantis yang sudah diciptakan Hyun.
“Ada apa lagi!!” bentak Hyun samar-samar kepada pelayan yang nampaknya ketakutan
“Tuan besar ingin berbincang dengan anda di perpustakaan”
“Bilang pada Tuan Besar, aku menunggu Jung..”
“Maaf tuan.. tapi Tuan besar memaksa”
“hmmm kau tunggu disini. Jangan pergi kemana-mana.. Awasi dia jangan sampai kabur. Kalau kabur kau yang akan kubunuh”
“B..baik tuan Hyun..”
Hyun melangkah dengan pasti keruang perpustakaan yang sangat dicintai Tuan Besarnya itu. Didalam ruangan itu sudah menunggu, Pria setengah abad yang sering ia panggil Ayah.
“Hyun… simpanlah rindumu sebentar saja pada Jung… Mari duduk di sebelahku.. aku ingin membicarakan sesuatu”
“Baik Ayah…”
“Aku ingin membeli beberapa saham di beberapa perusahaan ternama, kau mau membantuku, belilah dengan uangku atas namamu dan nama Jung”
“Baik Ayah.. “
“Kau utus Tuan Ming untuk menagih semua hutang partner kita. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Kalau ada yang tidak membayar bunuh saya”
“Ayah? Katanya.. Ayah tidak akan membunuh lagi”
“lalu bagaimana?”
“Kita tunggu saja sampai yang berhutang itu bisa membayar kekurangannya. Kalau Ayah ingin berubah, jangan setengah-setengah. Ayah pernah bicara itu padaku”
“Hmm… kau memang pantas menjadi anakku. Seperti kata Jung” kata Tuan Besar sambil menepuk pundak Hyun
“Ayah.. aku mencintai Jung.. aku tak ingin melukainya seperti dulu. Bisakah kita pulangkan ia ke Apartementnya dan kita jangan mengganggunya lagi? Kita sudah banyak bersalah padanya Ayah”
“Bicara apa kau ini? Kau mencintai anakku?”
“Tentu”
“Miliki dia, jangan mengalah pada siapapun”
“…”
“Hyun. Hanya kau yang pantas mendampingi anakku, bukan orang lain, kau yang sedari dulu mencintainya, aku tak akan pernah mengizinkan siapapun merebut anakku dari sisimu, maka jangan sekali-kali menyerah. Kalau kau menyerah sama artinya kau menyinggungku, atau menyepelekanku. Mengerti?”
“Ya..”
“Ya sudah.. aku ingin kembali menikmati semua buku ini. Ternyata membaca lebih mengasyikkan daripada membunuh orang hahaha”
“Baik Ayah.. aku akan kembali kekamar.”
“Jagalah Jung untukku, jangan lupa besok kau siapkan semua surat-surat pembelian saham kita nanti”
“Baik”
_______________________________________________
Kelanjutannya nantikan Segera
Karya Kusuma