-----

Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dan peninggalan sejarahnya

Pada mulanya, nenek moyang kita belum mengenal agama. Mereka menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Keduanya tidak diketahui mana yang lebih dulu ada. Animisme adalah kepercayaan pada roh-roh halus, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan pada benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib.

Sampai akhirnya lahir agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari India dan Cina.

Agama Hindu mengenal adanya Tri Murti, yaitu Brahma sebagai pencipta alam, Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam, dan Dewa Syiwa sebagai perusak alam. Kitab agama Hindu adalah Weda. Di dalam tata kehidupan, masyarakat Hindu menganut tingkatan yang disebut kasta. Ada empat kasta, yaitu kasta brahmana (kaum ahli agama), kasta ksatria (golongan raja dan bangsawan), kasta waisya (pedagang), dan kasta sudra (rakyat biasa dan budak).

Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dan peninggalan sejarahnya, antara lain sebagai berikut.
1. Kerajaan Kutai (Tulisan lain mengenai Kerajaan Kutai)
2. Kerajaan Tarumanegara
3. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram terletak di daerah Yogyakarta. Raja yang pertama adalah Raja Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan ini dikenal dari sebuah prasasti di desa Canggal, barat Magelang. Prasasti ini tertulis tahun 732 Masehi. Ditulis dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Prasasti ini menceritakan tentang didirikannya sebuah lingga Syiwa di atas sebuah bukit di Kuncarakunja oleh Raja Sanjaya. Wilayah kekuasaannya mencapai pulau Jawa dan Bali.
4. Kerajaan Kediri
5. Kerajaan Singasari
6. Kerajaan Majapahit dan Peranan Gajah Mada

  .  .
Share ke : _

5 komentar:

finding mengatakan...

Tepatnya Hindu mengenal "warna" bukan "kasta". Kasta itu turun temurun, sedangkan warna sesuai dengan bakat, keahlian, dan profesi individu tersebut.
Shiva bukan perusak alam, kami tidak memuja kekuatan yang "merusak". Shiva di Hindu Dharma dikenal dalam fungsinya sebagai pelebur/pralina. Yang secara sederhana bisa diartikan mengembalikan lagi keasalnya agar keseimbangan dan kehidupan dapat berjalan. Sederhananya bila kita hanya menarik dan menahan nafas tanpa melepaskan kembali? kehidupan kita juga akan berhenti alias mati.

Bila tertarik menulis tentang Hindu, mohon mengutip dari sumber2 formal salah satunya dari Parisadha Hindu Dharma Indonesia agar tidak terjadi kesalahan informasi. Saya share linknya:
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=29

Terima kasih telah berbagi mengenai keyakinan kami
Om Santih Santih Santih

Afandi Kusuma mengatakan...

Ajaran yang ditulis diatas disalin dari pelajaran yang diberikan di sekolah umum di Indonesia. Pelajaran tersebut tidak bermaksud mengkritik atau menyesatkan ajaran Hindu, melainkan hanya sebagai pengetahuan bagi pelajar.
Terima kasih telah memberikan masukkan.

Unknown mengatakan...

apakah saka tatal benda peninggalan kerajaan demak

Anonim mengatakan...

dbdggesdbcdfvgedshnrdb

Balai Edukasi mengatakan...

Mohon dilengkapi gambar2 ilustrasi juga gan, soalnya kami sering membutuhkan itu untuk penunjang pembelajaran.

Posting Komentar

 
© 2011 Terus Belajar Berbagi Kebaikan | www.jayasteel.com | Suwur | Pagar Omasae | Facebook | Rumah Suwur